Sampit, Kalteng (ANTARA News) - Sebagian besar warga Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah mengaku takut menggunakan gas elpiji, terutama yang berukuran 3 kilogram.

"Kami tidak akan berani menggunakan gas elpiji yang berukuran 3 kilogram, sebab rawan meledak," kata salah seorang ibu rumah tangga, Saniah, di Sampit, Minggu.

Dia mengatakan, sejak pemerintah memberlakukan konversi minyak tanah ke gas elpiji, ratusan warga di tanah air ini menjadi korban ledakan gas elpiji dan sebagian besar meninggal dunia.

Menurut Saniah, hingga saat ini pemerintah tidak pernah menyatakan akan bertanggungjawab atas insiden yang menimpa warganya, juga belum ada satu korbanpun yang dibantu pemerintah.

Program pemerintah konversi minyak tanah ke gas elpiji hanya menyengsarakan dan menyiksa masyarakat kecil, katanya, seharusnya pemerintah membuat program yang lebih tepat lagi.

"Selama pemerintah tidak memberikan jaminan keselamatan terhadap penggunaan gas elpiji, kami tidak akan berani menggunakan gas elpiji. Daripada menjadi korban ledakan lebih bik kami menggunakan kayu bakar," katanya.

Pemerintah seharusnya meninjau kembali program konversi minyak tanah ke gas elpiji, agar koban ledakan tidak bertambah.

Kepala Bagian Ekonomi Sekretariat Daerah Kotaawaringin Timur, Sanggol Lumban Gaol mengatakan, berdasarkan jadwal, konversi minyak tanah ke gas elpiji untuk wilayah Kotawaringin Timur rencananya akan disosialisasikan pada Juli 2010 dan sosialisasi akan selesai pada akhir 2010 mendatang.

"Sebagai tahap awal, konversi minyak tanah ke gas elpiji akan diberlakukan di dua kecamatan dalam Kota Sampit, yakni Kecamatan Mentawa Baru Ketapang dan Baamang," terangnya. (*)

KR-GR/H005

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010