Semarang (ANTARA News) - Sejumlah warga Kota Semarang mengalami trauma ledakan tabung elpiji tiga kilo yang belakangan sering terjadi di Indonesia.

"Semakin banyaknya kejadian ledakan tabung elpiji di Indonesia beberapa minggu terakhir ini membuat saya enggan berlama-lama di dapur," kata warga Kampung Tampomas, Gajahmungkur, Misrini (45), di Semarang, Selasa.

Ledakan tabung gas yang sering dimuat di banyak media massa membuatnya tidak berani menyentuh tabung gas.

"Akan tetapi, kondisi tersebut belum membuat saya beralih ke bahan bakar lainnya," katanya.

Menurutnya, tak ada pilihan selain elpiji karena harga bahan bakar lainnya yang umum dipakai, seperti minyak tanah yang kini seharga Rp8.500, harganya tidak terjangkau bagi yang berprofesi pedagang kaki lima.

"Untuk mengantisipasi ketakutan yang saya alami, saya selalu menyuruh orang lain, terutama agen yang menjual tabung elpiji, untuk memasang katup pada tabung elpiji," kata Misrini.

Senada dengan itu, warga Jalan Kyai Saleh, Kiswati (50) mengatakan, semakin banyak korban akibat ledakan tabung LPG membuat dia takut pada tabung elpiji.

"Saya melihat tabung elpiji tiga kilogram bagaikan sebuah bom waktu," katanya.

Seperti halnya Misrini, Kiswati juga belum bisa beralih ke bahan bakar lain. "Saat ini elpiji masih menjadi bahan bakar yang paling hemat dan murah," kata dia.

"Saya berharap pemerintah segera mengatasi permasalahan trauma pada masyarakat terhadap ledakan tabung elpiji," kata Kiswati.

Untuk mengantisipasi terjadinya ledakan tabung elpiji, PT Pertamina (Persero) bersedia mengganti selang elpiji substandar asalkan pemiliknya merupakan keluarga sasaran program konversi minyak tanah ke gas.

Selain itu, konsumen diberi kesempatan membeli selang standar SNI dengan harga eks pabrik dengan syarat konsumen membawa tanda bukti bahwa dia peserta program koversi dan selang bekasnya.

Akan tetapi, hingga saat ini Pertamina belum menentukan mulai kapan penggantian selang elpiji tersebut akan dilakukan melalui stasiun pengisian bulk elpiji (SPBE).

Berdasarkan data Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), kasus kecelakaan gas melonjak di tahun 2010 di mana hingga Juni 2010, tercatat 33 kasus yang menewaskan delapan orang, dan 44 orang luka-luka.(*)

ANT/AR09

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010