Ambon (ANTARA News) - Berpulangnya pemimpin besar Nahdatul Ulama (NU), Kyai Haji Idham Chalid ke rahmatullah pada Minggu (11/7) merupakan kehilangan besar bagi bangsa Indonesia, khususnya warga Nahdliyin, demikian Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) NU Maluku, Rahman Holle kepada ANTARA di Ambon, Senin.

"Kami warga Nahdliyin di Maluku sangat kehilangan pemimpin besar yang punya jasa besar dalam perjalanan bangsa ini, mulai dari zaman penjajah hingga pembangunan," kata Rahman Holle.

Rahman menyebut Idham Chalid sebagai kyai besar dan sosok luar biasa dalam organisasi NU.

"Ia sosok yang luar biasa kami kagumi kepemimpinannya. Pikiran-pikirannya yang demokratis menjadi kekuatan moral yang cukup untuk pembangunan bangsa Indonesia," katanya.

Meskipun hanya sekali bertemu dengan almarhum semasa hidupnya, namun Rahman Holle mengaku mengenal pemikiran-pemikiran Idham lewat ceramah dan buku-bukunya.

Dia berharap, kader NU mengikuti pola kepemimpinan Idham yang teraplikasi lewat pikiran-pikiran dan pandangannya.

"Semoga ada yang bisa mengikuti pikiran dan pandangan-pandangan beliau tentang kebangsaaan dan keulamaan untuk masa depan bangsa ini. Sangat patut pola-pola beliau diimplementasikan dalam tatanan NU ke depan," katanya.

Holle berharap, pikiran-pikiran almarhum dapat "disegarkan" kembali oleh kader-kader baru NU sebagai sesuatu yang bisa mengeratkan jamaah.

Kyai Haji Idham Chalid (88) dikenal sebagai sosok pemimpin besar multidimensi dan pernah enduduki jabatan strategis baik di bidang keagamaan, politik dan birokrasi selama lebih dari 50 tahun, dari akhir 1940-an hingga akhir 1990-an.

Di antara jabatan itu adalah Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) selama 28 tahun (1956-1984), Ketua DPR/MPR 1972-1977 dan Ketua DPA 1978-1983.(*)

ANT/AR09

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010