Padang (ANTARA News) - Siaran Radio Siaga FM yang dipancarkan Jaringan Jurnalis Siaga Bencana (JJSB) Indonesia dari studio di kawasan GOR Haji Agus Salim, Padang, dapat diakses di Bonn, Jerman.

Saat berada di Bonn, pekan lalu saya dapat mengakses siaran radio Siaga FM melalui situs http://www.s6.myradiostream.com/15226.pls, kata Direktur Eksekutif, Komunitas Siaga Tsunami (Kogami) Patra Rina Dewi kepada ANTARA di Padang, Selasa.

Dengan demikian, tentunya semua informasi tentang kebencanaan, terjadinya bencana dan upaya-upaya penanggulangannya di Sumatera Barat (Sumbar) sebagaimana disiarkan radio Siaga FM ini telah dapat diakses masyarakat internasional, tambahnya.

Informasi ini sangat bermanfaat untuk menggugah masyarakat internasional memberikan bantuan jika terjadi bencana di Sumbar, apalagi wilayah pesisir pantai ini merupakan kawasan paling beresiko di dunia terhadap bencana gempa diikuti gelombang tsunami.

Siaran Radio Siaga FM, resmi mengudara (on-air) ditandai peluncuran oleh Gubernur Sumbar di Padang, Senin (12/7) malam.

Peluncuran siaran radio yang mengudara pada frekwensi FM 107,5 Mhz ini ditandai pembunyian sirene oleh Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI diwakili anggota DPD-RI, Emma Yohana didampingi Gubernur Sumbar, Walikota Padang Fauzi Bahar, Bupati Padang Pariaman, Muslim Kasim dan sejumlah kepala daerah lainnya di Sumbar.

Radio siaga FM dikelola JJSB Indonesia didirikan atas kerjasama dengan lembaga bantuan kemanusiaan internasional Trocaire Irlandia dan Komunitas Siaga Tsunami (Kogami) Indonesia.

Selain disiarkan melalui gelombang radio, siaran Siaga FM juga disiarkan ke dunia internasional melalui situs http://www.s6.myradiostream.com/15226.pls.

Menurut Koordinator JJSB John Nedi Kambang, radio ini sebagai salah satu upaya meningkatkan kesiapsiagaan warga kota Padang terhadap ancaman bencana tsunami, sekaligus wadah pendidikan kebencanaan bagi masyarakat pesisir pantai Barat, Sumbar yang merupakan daerah paling beresiko Tsunami di dunia.

Pendirian radio ini, menurut dia, setelah melihat hasil penelitian sejumlah lembaga internasional yang menyebutkan, Padang merupakan daerah paling rawan gempa dan tsunami di dunia, dimana sekitar 400 ribu warga di Padang bermukim di kawasan "red-zone" (zona paling berbahaya) pada pesisir pantai.

Keberadaan radio ini merupakan bagian dari upaya mensinkronisasikan usaha-usaha penanggulangan bencana, khususnya gempa dan tsumani di wilayah pesisir pantai Barat Padang, katanya.

Radio ini juga akan memperkuat lembaga pendidikan formal dalam penanggulangan gempa dan tsunami di Sumatra Barat, tambahnya.

Selain itu, radio ini dibangun terintegrasi dengan sistim penyebaran informasi peringatan dini yang digunakan pemerintah daerah tersebut.

Menurut dia, melalui siaran radio ini diharapkan mampu meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana khususnya gempa dan tsunami diiringi peningkatan pengetahuan tentang kebencanaan.

Peningkatan pengetahuan ini dipercaya bisa memacu perubahan persepsi masyarakat terhadap resiko bencana sebagai langkah awal transisi menuju budaya siaga bencana di kota berpenduduk lebih dari 800 ribu ini.

Padang dan Sumatra Barat merupakan salah satu wilayah paling rawan bencana dan terakhir terjadi gempa 7,9 SR diikuti tanah longsor pada 30 September 2009 yang menyebabkan 1.195 korban tewas dan lebih 200.000 unit bangunan rusak dengan kerugian materiil lebih dari Rp21 triliun.(*)

(H014/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010