Jakarta (ANTARA News) - Maraknya razia pengemis, peminta-minta yang dianggap mengganggu ketertiban umum, di Jakarta belakangan ini dinilai tidak akan menyelesaikan masalah.

Bahkan, menurut aktivis dari Urban Poor Consortium Edi Saidi, rencana razia pengemis di Jakarta pekan ini hingga bulan Ramadan dianggap hanya berorientasi proyek dan menghabiskan anggaran semata.

"Ini hanya proyek tahunan, mendekati bulan puasa Pemda DKI merazia semua pengemis. Menurut saya itu tidak menyelesaikan masalah. Faktanya, dari tahun ke tahun pengemis tetap ada, bertambah dan terus bertambah," kata Edi Saidi di Jakarta, Kamis (15/7).

Menurut Edi, tidak semua warga Jakarta menilai pengemis sebagai gangguan ketertiban umum. Ia menunjuk bukti pada masih banyaknya masyarakat yang memberikan santunan langsung kepada pengemis maupun anak jalanan.

Ia menyarankan para pengemis dilokalisir dalam area yang dianggap tertib oleh pemerintah. Kalau pun ada yang berbuat kriminal, itu kewenangan polisi untuk menindaknya.

Soal dugaan sindikat pengemis, Edi menyatakan tidak tertutup kemungkinan sindikasi tersebut ada di Ibukota.

"Tidak menutup kemungkinan ada sindikat, ada kepentingan pribadi tertentu. Kalau sindikat ya artinya pengemis hanya korban. Tangkaplah sindikat itu, jangan pengemis-pengemisnya," pungkas Edi.

Seperti diberitakan sebelumnya Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, mengatakan anak jalanan merupakan kelompok masyarakat yang rentan dieksploitasi oleh orang-orang tertentu untuk mengemis.

"PMKS (penyandang masalah kesejahteraan sosial) memang banyak dimanfaatkan oleh orang-orang tertentu menjelang bulan Ramadhan. Saya himbau supaya kita fokus (melakukan razia) kepada mereka yang memanfaatkan orang-orang PMKS ini," katanya.

(PSO-009/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010