Rembang (ANTARA News) - Balai Konservasi Peninggalan (BKP) Borobudur, Kamis, meneliti situs perahu kuno di Desa Punjulharjo, Rembang, Jawa Tengah, dengan fokus pendokumentasian gambar kapal untuk konservasi dan rekonstruksi.

"Dari hasil penelitian ini dan berdasarkan sampel setiap bagian yang ditemukan di badan perahu kuno, BKP akan mengupayakan untuk menggambar kembali bentuk perahu secara utuh, agar hasilnya hampir sama dengan aslinya," kata Kepala Seksi Pendokumentasian Benda Cagar Budaya BKP Borobudur, Bramantara.

Ia menjelaskan, dalam penelitian tersebut BKP menggunakan alat laser scanner tiga dimenasi yang memiliki kemampuan untuk memberikan virtual dan visual gambar perahu kuno seperti bentuk aslinya.

"Hasil penelitian ini akan digunakan oleh tim lain dari divisi rekonstruksi, untuk membangun kembali perahu seperti bentuk aslinya. Oleh karena itu kami harus bekerja keras untuk mengetahui detail rancang bangun bentuk perahu kuno secara rinci," katanya.

Situs perahu kuno tersebut ditemukan pada 26 Juli 2008 di salah satu lahan tambak milik warga setempat di kedalaman 1,5 meter.

Saat ditemukan di dalam perahu juga ditemukan kepala arca wanita berparas etnis Tionghoa yang terbuat dari batu. Selain itu, ditemukan juga patahan tongkat kayu sepanjang 40 cm, tulang manusia, dan sejumlah peralatan dapur.

Hasil sampel kayu perahu yang dikirim ke Amerika Serikat untuk diteliti melalui teknologi carbon dating, perahu dengan ukuran 15,2 x 47 meter ini dipastikan sebagai produk abad ke-7 Masehi atau sekitar era Mataram Hindu.

Perahu itu diperkirakan jauh lebih tua dibandingkan Candi Borobudur yang dibangun pada sekitar abad ke-9 Masehi. Hal ini juga didasarkan pada badan perahu yang terbuat dari kayu ulin serta ornamen ukir era kerajaan Majapahit.

Menurut keterangan Balai Arkeologi Yogyakarta, sebagai peneliti pertama pada akhir 2008, hasil uji sampel itu juga mengukuhkan perahu itu sebagai situs arkeologi kelautan tertua dan terutuh yang pernah ditemukan di Indonesia.

Pasalnya, situs perahu sebelumnya hanya tinggal beberapa papan dan tidak berbentuk perahu utuh seperti di Rembang.

(PSO-168/M028/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010