Tangerang (ANTARA News) - Keberadaan proyek jalan layang di Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Banten, menimbulkan kemacetan parah sehingga pengguna kendaraan roda empat dan sepeda motor mengeluh karena harus memperlambat kecepatan dan harus hati-hati ketika melintas.

Pemantauan ANTARA, Senin, para sopir angkutan umum dari Cikupa, Kabupaten Tangerang menunju Terminal Pakupatan, Kota Serang atau sebaliknya mengeluh bila melintasi kawasan tersebut karena macet dan harus memperlambat kecepatan.

Kemacetan bertambah parah ketika sopir bus besar antarkota antarprovinsi sengaja menaikkan dan menurunkan penumpang di bahu jalan.

Bahkan keberadaan proyek jalan layang itu menyebabkan banyaknya lubang besar pada bagian tertentu jalan yang hendak dilewati.

Demikian pula pimpinan proyek kurang memperhatikan aspek keselamatan bagi penguna jalan karena dibiarkan begitu saja air yang mengenangi areal tersebut.

"Wah, kalau sudah melintasi Balaraja menuju Serang, macet bukan kepalang, sulit untuk mendahului kendaraan lain," kata Sudirjo (42) warga RT 02/09 Desa Telagasari, Kecamatan Cikupa.

Menurut dia, bahwa harus berjuang keras melewati batu dan lubang berair mengunakan sepeda motor karena setiap hari harus melalui kawasan tersebut untuk bekerja di Kragilan, Serang.

Dia menambahkan, keberadaan proyek itu juga menyebabkan beberapa pengendara sepeda motor terjatuh akibat menghindari batu dan terpelanting ke selokan.

Demikian pula, pengendara mobil jenis sedan terpaksa hati-hati kalau melewati areal proyek itu, untuk menghindari batu dan lubang.

Namun begitu, keberadaan proyek tersebut pernah disampaikan warga setempat kepada Bupati Tangerang, H. Ismet Iskandar karena menimbulkan becek pada musim hujan dan debu beterbangan ketika kemarau.

Sementara itu, Bupati Tangerang H. Ismet Iskandar dihubungi terpisah mengatakan menurunkan petugas untuk memantau keberadaan proyek jalan layang di Balaraja.

"Bila memang keberadaan proyek dapat memacetkan arus lalu lintas, maka diharapkan pimpinan proyek membuat jalan alternatif," katanya.
(A047/A024)




Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010