Jakarta (ANTARA News) - Benarkah daya tarik ideologi politik mengalami degradasi? Bila benar, tantangan bagi partai politik karena peranan figur menjadi lebih menentukan dalam perebutan suara pemilu.

Menurut pengamat politik dari Lembaga Survei Indonesia (LSI), Dr. Kuskrido Ambari, dalam beberapa kali pemilihan umum di tanah air daya tarik ideologi partai terjadi penurunan.

Dalam Forum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Mendengar di Jakarta Jumat, Kuskrido menyebut bahwa dalam beberapa periode mendatang hal itu akan semakin terasa.

Dalam beberapa waktu terakhir pun masyarakat lebih cenderung menentukan pilihan secara prakmatis, kendati masih ada warga tetap setia dengan ideologi partai.

Ia menyontohkan, figur Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada pemilu lalu telah menopang terangkatnya Partai Demokrat karena masih banyak masyarakat menaruh harapan kepadanya.

Kuskrido membeberkan angka statistik untuk memperkuat argumentasinya. Angka statistiknya menunjukkan adanya kecenderungan ideologi partai kurang dominan dan kemampuan figur seseorang lebih menentukan dalam mendulang suara pemilu.

Sedangkan Dr. Yudi Latif dari Reform Institut sependapat, partisipasi warga terhadap ideologi memang mengalami degradasi. Di negeri Barat, itu terjadi lantaran kelas lapisan menengah makin kuat akibat peningkatan kesejahteraan.

Generasi dari partai buruh, kata Latif memberi contoh, kini sudah berada di garis lapisan masyarakat menengah. Berbeda dengan orangtua mereka, yang saat itu demikian kuat memegang ideologi partai.

Di tanah air, justru karena masyarakat miskin makin banyak. Ideologi tak begitu penting bagi warga miskin. "Mereka tak akan kenyang dengan sebutan Allahuakbar," katanya yang disambut tawa hadirin.

Masyarakat miskin ingin hal-hal yang pragmatis. Bagaimana mereka ingin menyelesaikan persoalan sehari-hari, bisa makan dan hidup sejahtera. Keadaan ini yang membuat pergeseran pemilih dan ideologi partai makin tidak penting, kata Yudi.

Ke depan, partai yang mengandalkan ideologi harus pandai mengemas isu. Bagi PPP, menjadikan dirinya sebagai partai terbuka pun tak akan menyelesaikan persoalan.

Esensinya kedepan, kata Yudi, adalah bagaimana politik dapat dijadikan untuk mempertahankan nilai agama. "Bukan agama untuk tujuan politik," katanya.

Dalam acara yang dimoderatori Arwani itu juga hadir para tokoh PPP dan Wakil Ketua MPR Lukman Saifudin.

(ANT/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010