Jakarta (ANTARA News) - Meninggalnya wartawan Kompas Muhammad Syaifullah (43) yang akrab dipanggil Syaiful meninggalkan banyak kenangan kepada rekan-rekannya sesama wartawan, terutama yang bertugas di Balikpapan.

"Saya sering liputan bareng dengan Syaifullah menggunakan fasilitas baik mobil atau motornya," kata mantan wartawan Trans TV, Wahyu Hidayat kepada ANTARA, Senin.

Wahyu juga sering diajak tinggal bersama di rumah kontrakan yang dibayar oleh kantor Syaifulullah (Kompas).

"Padahal saya baru kenal dengan Syaiful, tapi ia saat itu sudah memberikan tumpangan rumah, untuk melancarkan tugas karena saya tinggal di Samboja," papar Wahyu.

Wahyu dan Syaiful kerap saling bertukar pengalaman selama bertugas.

Bersama Tri Widodo, Wahyulah yang mendapati korban sudah tidak bernyawa lagi dalam posisi terlentang di depan televisi dan kmulut berbusa di ruang tengah rumah tersebut.

Syaiful hanya mengenakan sarung tanpa baju, sementara tangan kanannya memegang remote televisi dan dekat tubuhnya ditemukan obat sakit kepala dan gelas bekas minuman ringan.

Wahyu ditelpon dan diminta Isnaniah Sri Rohmani, istrinya pada pukul 08.00 Wita, untuk menengok rumah korban, karena sejak Sabtu dia terus menelepon Syaiful namun tidak ada jawaban.

"Waktu saya masuk pintu gerbang tertutup tapi tidak terkunci, kemudian pintu samping kanan rumah kuncinya tergantung di luar tidak terkunci," katanya,

Wahyu dan Tri Widodo kemudian melaporkan penemuan tersebut k petugas keamanan kompleks yang segera melaporkan kepada polisi. Pukul 10.30 WIB, polisi membawa korban ke RS Bhayangkara Balikpapan, Jalan Jendral Sudirman.

Almarhum meninggalkan dua orang putri, Dilla dan Naza. Dilla siswa kelas satu SMP dan Naza baru masuk SD. Istri dan anak-anaknya tinggal di Banjarmasin, sementara Syaiful tinggal di Balikpapan.

"Pengalaman yang paling berkesan dengan Syaiful saat liputan di Ambalat pada 2009, bersama rombongan, kami menaiki bagang tempat menangkap ikan yang paling luar di kawasan Indonesia, untuk melihat adanya armada laut milik Malaysia yang melintas di kawasan itu," kata Wahyu.

Saat itu, dia harus mengabarkan berita terbaru seputar Ambalat, namun karena kesulitan terpaksa memberitakan ke kantor Kompas dengan menggunakan telepon selular, katanya.

Lain lagi pengalaman Susylo Asmalyah, wartawan ANTARA di Balikpapan, dimana mereka kadang liputan bareng.

"Saya tidak bisa bawa kendaraan. Jadi dia kadang menjemput ke rumah dengan menggunakan mobil atau motornya," kata Susy.

Susy mengaku sering bertukar pikiran dan meminta pertimbangan pemberitaan kepada Syaiful karena wartawan Kompas ini adalah wartawan senior.(*)

S035/Z002/AR09

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010