Jakarta (ANTARA News) - Mantan Gubernur Bank Indonesia Soedradjat Djiwandono menilai krisis keuangan di sejumlah negara Asia akhir 90-an dan Amerika Serikat pada 2007 melekat kepada sistem ekonomi pasar.

"Krisis ekonomi melekat kepada ekonomi pasar," kata Soedradjat dalam seminar "Menelusuri Sejarah Perekonomian Indonesia" di LIPI, Jakarta, Rabu.

Menurut dia, telah banyak buku dari pakar dan pengamat ekonomi seperti "This Time is Different" yang ditulis Rogoff dan Reinhart yang menunjukkan bahwa krisis keuangan dan perbankan adalah fenomena yang selalu melekat sistem ekonomi pasar.

Soedradjat membandingkan kesamaan yang mengakibatkan krisis di sejumlah negara Asia pada akhir 90-an dengan krisis di AS pada 2007.

Ia memaparkan, kedua krisis itu terjadi karena sama-sama memiliki likuiditas berlebih di berbagai negara, yaitu pada korporasi (krisis Asia) dan lembaga keuangan (krisis AS).

Pada krisis Asia, kelebihan likuiditas itu mendorong iberalisasi keuangan yang di Indonesia biasa diistilahkan deregulasi dan debirokratisasi, sedangkan pada krisis AS, mengakibatkan munculnya inovasi keuangan.

Untuk itu, menurut Guru Besar Emeritus UI itu, tantangan yang harus dihadapi  pengelola moneter-keuangan adalah mengelola masa depan yang penuh risiko.

Ia mengingatkan, sektor moneter-keuangan memiliki fungsi utama menunjang sektor riil dan jangan sampai keduanya dipisahkan.

"Ini karena sejak tahun 80-an telah terjadi proses `decoupling` yang semakin memisahkan perkembangan keduanya (sektor moneter dan riil)," kata Soedradjat.

Sementara itu, pembicara lain, mantan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Anggito Abimanyu, mengatakan, saat ini memang era volatilitas perekonomian.

"Sekarang keadaanya sangat `volatile` (cepat berubah-ubah) dan karenanya risiko pada saat ini sangat tinggi," kata Anggito.

Ia mencontohkan, banyak orang tidak memperhitungkan akan terjadi krisis "subprime mortgage" di AS pada 2007.

Untuk itu, pemerintah seharusnya mempersiapkan diri menghadapi keadaan terburuk seperti dengan membuat sistem jaminan sosial nasional yang baik sehingga menjadi semacam bemper bagi masyarakat dan negara bila krisis ekonomi terjadi.(*)

M040/ AR09

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010