Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Pengurus Pusat ( PP) Muhammadiyah, Din Syamsuddin, menilai bahwa pendidikan agama adalah sarana efektif dan strategis untuk membangun budaya perdamaian dan menanggulangi krisis peradaban manusia dewasa ini.

Di dalam siaran persnya yang diterima di Jakarta, Rabu, mengatakan bahwa krisis peradaban yang diterjadi dewasa ini berpangkal pada krisis nilai. Untuk itu harus ada penanaman nilai baru melalui pendidikan dalam segala bidang, baik di sekolah, masyarakat, dan keluarga.

Din di Religious Education Forum 2010 di Kuala Lumpur, Selasa (3/8), mengatakan nilai-nilai yang perlu ditanamkan adalah kebersamaan, toleransi, dan koeksistensi damai.

"Sayangnya, pendidikan agama di banyak negara selama ini belum cukup efektif membangun budaya perdamaian. Hal ini disebabkan karena pendidkan agama lebih tampil sebagai pengajaran agama, belum menjadi pendidikan nilai yang membentuk akhlak," kata Din.

Dia menilai pengajaran agama yang ada kurang berorientasi pada wawasan sosial, yakni bagaimana seseorang hidup di tengah masyarakat majemuk.

Untuk itu, dia mengusulkan agar segera dilakukan rekonstruksi pengajaran agama agar menjadi pendidikan nilai dengan menanamkan nilai-nilai keutamaan dan mengembangkan wawasan multikultural dalam dunia pendidikan dan kehidupan nyata.

"Kalau gerakan ini dilancarkan sekarang maka 2-3 dasawarsa yang akan datang kita sudah akan melihat hasilnya," kata Din.

Religious Education Forum dihadiri 500 tokoh berbagai agama dari 13 negara. Forum diprakarsai Chengho Multiculture Trust, pimpinan Tan Sri Lee Kim Yew.

Din yang juga President Asian Conference of Religions for Peace berbicara pada panel yang dihadiri Tun Mahathir Muhammad, Master Ching Kung (tokoh spiritual Buddha), Rev Thomas, dan Dr William Vendley (Sekjen World Conferention Religion and Peace, New York).
(Tz.E007*A025/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010