Sanur (ANTARA News) - Penyanyi Tri Utama diiringi musisi Dewa Bujana turut menyemarakkan festival budaya masyarakat Sanur, Bali, Kamis malam, dengan membawakan sejumlah tembang pemujaan atau dikenal sebagai nyanyian dharma.

Kedua artis itu tampil pada hari kedua Sanur Village Festival (SVF) 2010 yang berlangsung di kawasan pondok Inna Grand Bali Beach, Pantai Sanur.

Di panggung terbuka yang diterpa tiupan angin cukup kencang, Tri yang membawakan sejumlah tembang Nyayian Dharma mendapat sambutan meriah dari ribuan pengunjung, termasuk kalangan wisatawan asing.

Sebelum tampil di panggung, Tri mengaku bahwa pada album ketiganya yang baru dirilis, juga menampilkan tembang-tembang pemujaan yang khas, dengan iringan musik dimotori Dewa Bujana.

"Kedekatan saya dengan Bali sudah sejak usia lima tahun. Sebagai bukti, saya tetap konsisten membawakan nyayian dharma hingga meluncurkan album yang ketiga," ujarnya.

Menurut Tri, kedekatannya pada Bali itu merupakan persembahan murni, termasuk dalam kegiatan SVF yang telah memasuki tahun kelima. "Saya membawakan sekitar 10 lagu, termasuk empat lagu baru dari album yang baru dirilis," ucapnya.

Mengenai warna musik yang dibawakannya, diakui tidak banyak berbeda, namun dari sisi sentuhan lagu ada yang baru. "Bukan monoton ya. Lha lagunya baru dan ada sentuhan berbeda dari sebelumnya," ucapnya.

Dalam album Nyanyian Dharma tersebut terdapat empat lagu baru, yakni Saraswati, Ampurayang, Trimurti dan Catur Guru. Konsepnya lagu- lagu pujian, yaitu lebih mengangkat falsafah Hindu.

Ditanya tentang perkembangan blantika musik daerah ini yang belum mampu berbicara banyak ditingkat nasional, Tri mengakui warna musik Bali agak sulit untuk bisa dikonsumsi secara nasional.

Dia melihat warna atau karakter musik pop Bali umumnya sama, sehingga pendengar tidak bisa cepat membedakan antara lagu yang satu dengan lainnya. "Ada sedikit warna Mandarin, tetapi memang cocok untuk dikonsumsi di sini," komentarnya.

Meski begitu, dia menaruh harapan kepada pemusik daerah ini, seperti Gede Kurniawan, untuk bisa menembus pasar nasional. Begitu pula SID (Superman is Dead), diharapkan tidak selalu menonjolkan warna Mandarin. "Musik Bali punya sesuatu yang bisa dikolaborasikan," tambahnya.

Sedangkan Dewa Budjana mengaku baru tampil pertama pada SVF ini. Kehadirannya di ajang promosi pariwisata Sanur itu diakui sebagai bentuk "yadnya" atau semacam kepedulian secara tulus.

Hal itu yang memotivasi untuk turut serta menyemarakkan SVF yang dihelat masyarakat Sanur. "Ini bagian dari `meyadnya` untuk umat di Bali. Saya kan seniman, jadi `meyadnya` juga bisa melalui musik bersama teman-teman yang mau menyumbangkan karyanya," kata Bujana.

Menurut dia, perkembangan musik di Bali sudah banyak kemajuan. Hal itu ditandai banyaknya grup band dari daerah ini yang patut diapresiasi. "Sayangnya karakter musiknya masih hampir sama, sehingga susah untuk maju ke nasional," ujarnya.

Dia mengingatkan perlunya karakter musik yang berbeda, sehingga masing-masing musisi atau grup musik perlu melakukan gebrakan. "Kalau warna musiknya masih tetap sama, ya susah untuk bisa terus maju," katanya.

Bujana yang juga personel Gigi, memberi contoh dirinya yang turut dalam lagu kompilasi religi Ramadan, sebagai salah satu upaya menghadirkan warna musik yang berbeda sebagai gebrakan.

(T007/Z002/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010