Produsen vaksin satu-satunya di Indonesia, PT Bio Farma (Persero), Jumat (6/8), genap berusia 120 tahun. Perusahaan itu telah menjadi salah satu produsen vaksin dunia yang mampu memasok kebutuhan vaksin dalam maupun luar negeri.

Bio Farma, yang merupakan produsen vaksin dan sera dengan reputasi internasional itu berdiri 6 Agustus 1890 dengan lokasi di Jalan Pasteur No 28 Bandung.

Perusahaan farmasi tersebut meraih WHO "Recognized for Vaccine Production" pada 1997 yang merupakan awal dari perluasan pasar produk vaksin Bio Farma untuk memasok kebutuhan vaksin dalam negeri maupun global.

Komitmen global yang diemban perusahaan milik negara itu kian kuat dengan semakin besarnya kepercayaan dunia terhadap perusahaan vaksin itu yang kian tinggi.

Pengakuan badan kesehatan dunia WHO kepada produk PT Bio Farma menjadikannya salah satu dari 23 perusahaan vaksin yang mendapatkan akreditasi dari lembaga itu.

Posisi tersebut memungkinkan perusahaan vaksin tersebut makin melebarkan sayapnya dalam membantu negara-negara lain memberantas berbagai penyakit menular.

"Saat ini produk PT Bio Farma telah digunakan di 110 negara," kata Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Iskandar.

Hingga saat ini, produk vaksin perusahaan plat merah itu digunakan untuk mencegah beberapa penyakit menular yakni vaksin BCG, polio, campak, TT, DT, DTP, Hepatitis B serta terakhir produksi vaksin combo.

Dalam usianya yang ke-120 tahun, Bio Farma saat ini dinakhodai oleh Direktur Utama Iskandar, Sarimudin Sulaeman (Direktur Pemasaran), Evlyn Fajrul Jaya Saputra (Direktur Perencanaan dan Pengembangan), Mahendra Suhardono (Direktur Produksi) dan Mohammad Sifue A Hasan (Direktur Keuangan)

Proses kreasi dan inovasi produksi selama bertahun-tahun, berperan dalam menumbuhkan Bio Farma hingga akhirnya menjadi perusahaan farmasi khususnya vaksin untuk memasok kebutuhan program imunisasi dunia yang digalakan oleh WHO.

Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan bagi kesehatan dunia untuk menyelamatkan nyawa manusia dari kemungkinan tertular penyakit yang mengancam.

Saat ini sekitar 80 persen populasi anak-anak di dunia telah mendapat imuninasi untu mencegah terjangkit penyakit infeksi antara lain polio, difteri, campak, hepatitis B, serta TBC.

WHO telah menjadikan program imunisasi sebagai program global.

Di sela-sela HUT ke-120, PT Bio Farma menjadi tuan rumah Konferensi Internasional Islamic Development Bank (IDB) yang membahas terkait perkembangan industri vaksin di negara-negara Islam.

Salah satu tujuannya mendorong program pengembangan vaksin itu sekaligus menumbuhkan kesadaran perlunya meningkatkan kemampuan untuk kemandirian vaksin.



1,7 miliar Dosis

Sementara itu pada usia ke-120, Bio Farma menargetkan dapat memproduksi vaksin sebanyak 1,3 miliar hingga 1,7 miliar dosis pada 2010.

"Produksi tahun 2009 lalu meningkat signifikan mencapai 1,2 miliar dosis. Permintaan juga meningkat. Tahun 2010 ini ditargetkan produksi bisa mencapai 1,3 miliar hingga 1,7 miliar dosis," kata Sekretaris Perusahaan PT Bio Farma (Persero), Rahman Rustan.

Menurut Rahman, sekitar 51 persen produknya adalah vaksin polio, sedangkan sisanya anti tetanus, DPT, vaksun combo, hepatitis dan lainnya.

Sekitar 60 persen produk pabrikan vaksin satu-satunya di Asia Tenggara itu diekspor, dan sisanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Rahman menyebutkan, permintaan pasar vaksin terhadap polio masih cukup tinggi, pasalnya di beberapa negara Asia dan Afrika wabah polio masih menjadi ancaman serius sehingga perlu vaksin itu lebih banyak lagi.

"Ekspor vaksin dilakukan baik vaksin jadi maupun bulk atau setengah jadi. India merupakan salah satu negara pengimpor bulk vaksin polio terbesar ke Bio Farma," kata Rahman.

Pemasaran vaksin dilakukan antarpengusaha maupun antarpemerintah. Selain itu juga melalui WHO dan UNICEF. Perusahaan vaksin milik pemerintah itu menargetkan pendapatan sebesar Rp 760 miliar pada 2010.

"Target pendapatan 2010 didasarkan dari pendapatan tahun 2009 yang mencapai Rp 740 miliar, tahun ini cukup optimistis, di lain pihak permintaan tak terpengaruh krisis global," katanya.

Lebih lanjut, Rahman menyebutkan dari 200 produsen vaksin di dunia hanya 23 perusahaan yang mendapatkan akreditasi dari WHO, salah satunya Bio Farma.

Terakhir perusahaan vaksin tersebut memproduksi vaksin seasonal flu yang kemudian mengembangkan pula vaksin H1N1 yang ditargetkan mulai berproduksi 2010 ini.



Dukungan

Menteri Kesehatan RI Endang Rahayu Sedyaningsih menyatakan, negara-negara islam perlu bergabung untuk merealisasikan kemandirian pemenuhan vaksin.

"Saya rasa sangat perlu, untuk negara-negara Islam bergabung untuk membuat dan produksi vaksin sendiri," kata Endang Rahayu Sedyaningsih.

Pihaknya menyatakan dukungan atas dilaksanakannya konferensi internasional yang membahas pengembangan industri vaksin di negara Islam, yang diikuti oleh 14 negara Islam di Hotel Hyatt Regency, Bandung, 6-9 Agustus.

"Bagus sekali adanya kongres tersebut, kami mendukung pelaksanaanya," kata Endang.

Indonesia menjadi tuan rumah dalam pelaksaan konferensi internasional yang membahas pengembangan industri vaksin di negara Islam, yang diikuti oleh sekitar 14 negara yang tergabung dalam Islamic Development Bank (IDB) itu.

Sekretaris Perusahaan Bio Farma Rahman Roes AN menyatakan, pembahasan industri vaksin negara Islam ini diharapkan bisa berkomitmen untuk membangun kerjasama di bidang vaksin.

"Kami berharap dengan semangat ini, bisa mendorong sikap kemandirian industri vaksin di negara-negara Islam," ujar Rahman.

Dukungan sama juga diungkapkan oleh Gubernur Jawa Barat H Ahmad Heryawan yang menyambut baik Konferensi Internasional Pengembangan Vaksin di Negara-negara Islam itu.

"Pemprov Jabar menyambut baik pelaksanaan konferensi itu. Hal ini merupakan langkah maju dalam memberikan jawaban atas persoalan vaksin di negara-negara Islam," kata Gubernur Heryawan.

Ia berharap Bio Farma meningkatkan perannya pada kemajuan dalam pengembangan vaksin bagi kebaikan dan kesehatan masyarakat dunia.

"Konferensi yang dihadiri delegasi anggota IDB itu tentunya akan menghasilkan rumusan tentang pengembangan vaksin di negara-negara Islam dan itu merupakan momentum yang strategis," kata Heryawan.

Menurut Gubernur, Indonesia harus maju dan menjadi yang terdepan dalam pengembangan vaksin di dunia, terutama di antara negara-negara anggota IDB lainnya.

Editor: Imansyah
Copyright © ANTARA 2010