Ikah (30) pagi itu tampak menggendong Yusi, bayinya yang baru berusia enam bulan menuju tenda besar berwarna putih yang berada di pelataran silang Monas Jakarta.

"Saya mau ke acara pekan ASI, ada Ibu Ani dan Pak Foke," katanya ringan.

Warga kawasan Koja Jakarta Utara itu menjadi anggota salah satu kelompok pendamping ibu menyusui. Ia sendiri saat ini masih memberikan ASI eksklusif pada bayinya.

"Saya sayang anak saya, kata ibu-ibu dan dengar informasi bahwa ASI itu penting sekali untuk bayi kita, alhamdulillah setelah enam bulan ini anak saya sehat dan jarang sakit," katanya.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, baik secara nasional maupun internasional kampanye pemberian Air Susu Ibu secara eksklusif kepada bayi minimal enam bulan pertama sangat gencar dilakukan.

"ASI mengandung unsur yang cocok bagi bayi. Setiap tetes ASI mengandung kekebalan bagi bayi, bayi yang konsumsi ASI akan tumbuh lebih cerdas dan sehat," kata Ibu Negara Ani Yudhoyono saat menghadiri acara peringatan pekan ASI sedunia tingkat nasional di Silang Monas Jakarta, Minggu (8/8).

Ia menambahkan ASI disebut sebagai makanan bayi, faktanya dalam ASI terdapat semua jenis gizi yang dibutuhkan bayi seperti lemak, protein laktosa dan gizi lainnya.

"Bayi sejak lahir sejak enam bulan tidak diperlukan makanan padat, maka ASI sangat cocok bagi masa awal kehidupan bayi," katanya.

Ibu Negara menyatakan,"Penting ASI eksklusif bagi bayi, pemberian makanan lain sebelum enam bulan berisiko terhadap kesehatan bayi. Penelitian memberikan air putih, mengurangi asupan ASI hingga 11 persen sehingga beresiko kekurangan gizi."

Setidaknya ada sejumlah manfaat ASI bagi bayi dan pertumbuhannya kelak. ASI steril dan aman dari pencemaran kuman dan selalu tersedia dengan suhu yang tepat.

ASI juga memiliki antibody dengan jumlah produksi yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi dan juga nutrisinya dengan mudah diserap oleh bayi.

Bila orang tua, khususnya ibu ingin anak mereka merasa disayangi, maka ASI bisa menjadi sarana tersebut.

"Saat menyusui, saling pandang antara ibu dan bayi merupakan media menyambung rasa kasih sayang, demikian juga dengan belaian dan usapan yang diterima bayi," kata Ani.


Jauhkan mitos

Selama ini dalam pemahaman sejumlah kalangan, menyusui bayi dapat membuat bentuk tubuh dan bentuk payudara menjadi jelek.

"Mitos itu tidak benar. Jangan gengsi, sibuk bekerja, itu hanya mitos saja, cerita dari mulut ke mulut, dengan olahraga teratur badan kita bentuknya tetap ideal," tegas Ibu Negara.

Ada sejumlah manfaat menyusui bagi ibu, antara lain membantu rahim kembali ke ukuran semula, menunda kehamilan baru, mengurangi pendarahan dan mencegah terjadinya anemia, mencegah terjadinya resiko kanker payudara dan indung telur, lebih ekonomis dan membantu menurunkan berat badan ibu lebih cepat.

"Hasil penelitian juga mengkonfirmasi, ASI bisa mengurangi stress pada anak hingga remaja. Dalam penelitian yang berlangsung di Swedia, diketahui bayi yang minum ASI, pada usia 10 tahun tingkat stress lebih rendah dibanding anak yang saat bayi mengkonsumsi susu instan atau formula," katanya.

Atas dasar itu, Ibu Negara menegaskan pentingnya pemberian informasi secara meluas tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif.

Bahkan Ibu Negara meminta agar pemerintah khususnya kementerian terkait mengawasi promosi dan penjualan susu formula agar tepat dan tidak memanfaatkan ketidaktahuan masyarakat mengenai pemberian ASI sejak dini.


Masalah

Menkes menyatakan berdasarkan data Susenas 2004 sampai 2008 , cakupan pemberian ASI eksklusif pada seluruh bayi di bawah enam bulan meningkat 58,9 persen pada 2004 menjadi 62,2 persen pada 2007. Namun kemudian menurun menjadi 56,2 persen pada 2008.

Disampaikannya, sejumlah kegiatan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut antara lain meningkatkan pemahaman masyarakat tentang arti pentingnya memberikan ASI kepada bayi, meningkatkan jumlah motivator dan konselor menyusui dan mengembangkan regulasi untuk mendukung keberhasilan menyusui.

Menkes berharap dengan diterapkannya 10 langkah menuju keberhasilan menyusui tersebut , maka akan ada peningkatan jumlah bayi usia 0 sampai enam bulan yang disusui secara eksklusif di Indonesia yang pada gilirannya akan mewujudkan peningkatan kualitas sumber daya manusia di masa mendatang.

Menurut Endang Rahayu Sedyaningsih , ada 10 langkah menuju keberhasilan ASI masing-masing, menetapkan kebijakan peningkatan pemberian ASI secara rutin dikomunikasikan pada semua petugas. Yang kedua melakukan pelatihan bagi petugas untuk menerapkan kebijakan tersebut.

Langkah ketiga adalah memberikan penjelasan pada ibu hamil tentang manfaat menyusui dan tatalaksana dimulai sejak kehamilan, masa bayi lahir hingga dua tahun.

Langkah keempat membantu ibu mulai menyusui bayinya selama 60 menit setelah melahirkan di ruang bersalin, kelima membantu ibu untuk memahami cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis.

Langkah keenam tidak memberikan makanan dan minuman apa pun selain ASI kepada bayi baru lahir, ketujuh melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi selama 24 jam sehari.

Langkah kedelapan yakni membantu ibu menyusui semau bayi tanpa pembatasan terhadap waktu dan frekuensi menyusui. Kesembilan, tidak memberikan dot atau empeng kepada bayi yang diberi ASI dan terakhir mengupayakan terbentuknya kelompok pendukung ASI di masyarakat dan merujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari rumah sakit atau rumah bersalin serta sarana pelayanan kesehatan.

Ikah pagi itu tentu saja gembira bisa melihat langsung dengan Ibu Negara, tentunya sambil menggendong Yusi. Ikah yakin setidaknya ia telah memberi bekal awal yang tepat bagi Yusi agar masa depannya lebih baik, bekal sehat karena telah memberi ASI ke Yusi sejak dini.

"Saya sayang anak saya, makanya ikut saja saat ada anjuran memberi ASI, lebih hemat tidak usah beli susu formula dulu," katanya. (P008/K004)

Oleh Oleh Panca Hari Prabowo
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010