Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Jenderal PB Mathla'ul Anwar, KH Oke Setiadi Affendi MSc, mengatakan, Idul Fitri bukanlah sekedar hari kemenangan setelah melaksanakan puasa Ramadhan melawan hawa nafsu namun juga kembali ke fitrah jati diri sebagai manusia, kepada jati diri kemanusiaan.

“Nah ini, memang salah satu (bentuk) menjaga Fitrah kita, menjaga kemanusiaan diri kita, tentunya bukan hanya di bulan Ramadhan saja, tetapi juga di luar bulan Ramadhan seperti sekarang ini usai Idul Fitri, tentunya harus terus kita jaga fitrah kita, kemanusiaan kita atau kesucian kita,” ujar dia, di Jakarta, Senin, dalam keterangan tertulis.

Baca juga: Memulai laksanakan makna hakiki Ramadhan

Ia mengatakan, salah satu menjaga diri, kembali menjadi fitrah adalah meneruskan upaya di saat puasa Ramadhan dan tidak terlibat dalam hal-hal yang tidak berguna yang dapat merugikan orang lain.

“Apalagi kalau sampai merusak. Untuk itu mari jaga fitrah kita setelah Idul Fitri ini,” kata pria yang juga dosen ekonomi Islam di Universitas Mathla'ul Anwar itu.

Ia juga menyampaikan, bukan hal yang tidak berguna saja yang tidak diperbolehkan namun juga merusak orang lain atau masyarakat.

Baca juga: Taat protokol kesehatan sikap umat implementasikan makna Lebaran

“Nah hoaks dan penyebaran provokasi ini adalah bagian dari sesuatu yang merusak orang lain dan juga merusak diri kita. Di luar dia tidak lagi puasa seperti sekarang pun tidak baik, apalagi ketika dia kemarin sedang mengerjakan ibadah puasa,” kata dia.

Oleh karena itu pria yang juga sebagai Council Member of UNIW (Union NGO’s of Islamic World) berharap situasi pandemi Covid-19 ini bisa segera diangkat.

Ia juga mengingatkan dengan situasi pandemi yang ada ini tentu harus tentu harus disikapi dengan prihatin.

“Sehingga dengan Idul Fitri kemarin ini yang masih dalam situasi pandemi Covid-19 ini maka dikembalikan oleh Allah SWT fitrah kita setelah sebulan penuh kemarin berpuasa, keprihatinan kita, kemudian mawas diri kita harusnya lebih besar lagi di tengah situasi pandemi ini,” katanya.

Baca juga: Tradisi mudik di mata sosiolog UIN Sumut

Ia berharap di tengah situasi pandemi Covid-19 saat ini, masyarakat juga turut menahan diri, tetap bersabar untuk tidak berkerumun, tetap menjaga jarak, mengurangi mobilitas, dan tidak mudik, sesuai anjuran pemerintah guna menekan penyebaran virus corona. Hal ini juga seiring dengan pembelajaran di masa puasa untuk mengendalikan hawa nafsu.

Menurut dia, dengan kemajuan teknologi saat ini, masyarakat tetap dapat berkomunikasi dan menjalin silaturahmi, saling berbagi rezeki dan makanan meski tidak bertatap muka secara langsung.

Baca juga: Moeldoko: Idul Fitri momen untuk saling bersatu

Menurut dia, dengan puasa yang telah dilakukan pada bulan Ramadhan kemarin, jika umat muslim rida maka hal tersebut sudah menjadi ketentuan Allah yang menciptakan alam semesta ini.

Pewarta: M Arief Iskandar
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2021