Chicago (ANTARA News/Reuters) - Uji genetika kemungkinan dapat membantu mengidentifikasi orang yang menjadi depresi atau ingin bunuh diri saat mengkonsumsi obat penurun berat badan Acomplia, yang dapat membantu menjaga obat tersebut berada di pasaran, kata sejumlah peneliti AS pada Kamis.

Mereka mengatakan hasil sebagian dari penelitian obat itu menyebutkan, lima orang bunuh diri telah mengkonfirmasi meningkatnya efek samping psikologis.

Penelitian tersebut telah dihentikan pada 2008 dan perusahaan Sanofi-Aventis menarik obat tersebut dari pasar di Eropa, tetapi para peneliti berpendapat bahwa uji genetika mungkin bisa menentukan orang yang beresiko terhadap efek samping itu, dan menyelamatkan obat yang dulu dianggap menjanjikan, kata Dr. Eric Topol dari "Scripps Translational Science Institute" di La Jolla, California, yang penelitiannya diterbitkan dalam jurnal Lancet.

Acomplia, yang secara generik disebut rimonabant, memblokade reseptor `hadiah` di dalam otak yang menjadi aktif saat menggunakan mariyuana, dan bagi sebagian orang, itu menyebabkan serangan kecemasan akut dan depresi yang menyebabkan bunuh diri.

"Menemukan gen yang berlawanan keras terhadap reaksi obat tersebut lebih mudah dari yang kami pikirkan sebelumnya," kata Topol dalam wawancara telepon.

Topol berpendapat bila mereka telah memikirkan untuk mengumpulkan informasi genetika pada lebih dari 18.000 partisipan dalam penelitian tersebut, kemungkinan mereka dapat menyelamatkan obat itu.

"Kami mungkin dapat mengetahui orang secara genetik yang tahan dan obat tersebut dapat digunakan," kata Topol dalam wawancara teleponnya.

Harapan sudah tinggi untuk Acomplia, yang tidak hanya membantu orang mengurangi berat badan tetapi juga membantu mereka untuk mencapai kadar gula darah normal dan perbaikan pada lemak darah yang dikenal sebagai "triglycerides" dan "HDL cholesterol", atau umum disebut "kolesterol baik".

Dalam penelitian Topol, yang meneliti inti manfaat obat tersebut, empat pasien mengkonsumsi rimonabant dan satu orang memakan plasebo lakukan bunuh diri.

Hasil yang mereka dapatkan, mereka menemukan kematian akibat sakit jantung, serangan jantung dan stroke terjadi dengan tingkat yang sama pada kedua kelompok, dan mereka menemukan bahwa efek samping psikologis meningkat pada pengguna rimonabant dibanding plasebo.

Akibat dari efek samping tersebut, Badan Obat Eropa merekomendasikan dokter untuk tidak memberi resep rimonabant sejak Oktober 2008. Kekhawatiran mengenai efek samping menghalangi obat tersebut mendapat persetujuan di AS.(*)

(Uu.KR-IFB/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010