Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono optimistis pertumbuhan ekonomi dalam negeri pada 2010 dapat mencapai 6,0 persen, atau lebih tinggi dari yang diperkirakan semula 5,8 persen.

"Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi ini didukung oleh meningkatnya ekspor, pulihnya investasi dan terjaganya tingkat konsumsi masyarakat," kata Presiden saat menyampaikan keterangan pemerintah atas Rancangan Undang-undang Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2011 di hadapan Sidang Paripurna DPR RI di Jakarta, Senin.

Sementara itu menyinggung pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), Presiden mengungkapkan, selama paruh pertama 2010 mengalami percepatan.

Pada triwulan I tumbuh sekitar 5,7 persen dan pada triwulan II tumbuh sekitar 6,2 persen, katanya.

Menurut Presiden, pada 2009 laju pertumbuhan PDB nasional mencapai 4,5 persen justru ketika sebagian besar negara di dunia mengalami pertumbuhan ekonomi negatif.

"Ini menempatkan negara kita menjadi salah satu dari tiga negara yang memiliki kinerja ekonomi terbaik dalam tahun itu selain Tiongkok dan India," katanya.

Sementara itu, lanjutnya, pada 2011 pemerintah menetapkan pertumbuhan ekonomi dalam negeri sebesar 6,3 persen.

Selain itu laju inflasi diasumsikan sebesar 5,3 persen, suku bunga SBI 3 bulan 6,5 persen, nilai tukar Rupiah 9.300 per dolar AS, harga minyak 80 dolar AS per barel dan lifting minyak sebesar 970.000 barel per hari.

Pada kesempatan itu Presiden menyatakan, RAPBN 2011 diarahkan untuk mencapai 10 sasaran strategis guna mendorong pembangunan yang inklusif dan berkeadilan selama jangka waktu lima tahun ke depan.

Kesepuluh sasaran strategis tersebut yakni ekonomi nasionan tumbuh makin tinggi, pengangguran makin menurun dengan menciptakan lapangan kerja yang lebih baik, kemiskinan makin menurun, pendapatan perkapita makin meningkat.

Selain itu pembiayaan dalam negeri makin kuat dan meningkat, ketahanan pangan dan air makin meningkat, ketahanan energi makin meningkat, daya saing ekonomi nasional makin menguat serta upaya pembangunan yang ramah lingkungan dengan pendekatan ramah lingkungan makin diperkuat.

RAPBN 2011 terdiri dari pendapatan negara bukan hibah Rp1.086,4 triliun atau naik Rp94 triliun (9,5 persen) dari target APBN-P 2010 dan belanja negara direncanakan sebesar Rp1.202 triliun atau meningkat Rp76 triliun (6,7 persen) dari pagu APBN-P 2010.

Dengan demikian, RAPBN 2011 masih defisit Rp115,7 triliun atau 1,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Sedangkan, asumsi makro APBN 2011 adalah pertumbuhan ekonomi dipatok 6,3 persen, laju inflasi 5,3 persen, suku bunga SBI 3 bulan 6,5 persen, nilai tukar Rp9.300 per dolar AS, harga minyak 80 dolar AS per barel, dan lifting minyak 970.000 barel per hari.

(S025/A023/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010