Barabai (ANTARA News) - Pengembangan teknologi bio gas sebagai sumber energi alternatif oleh Dinas Kehutanan Peternakan dan Perikanan (Dishutnakan) Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan (Kalsel), terhambat modal, kata Kepala Dishutnakan, A.S. Effendi.

"Hingga saat ini, kita hanya sanggup membangun lima teknologi percontohan bio gas," ujarnya di Barabai, ibu kota Hulu Sungai Tengah (HST), Rabu.

Ia mengemukakan, lima proyek percontohan itu terletak di Desa Tanah Habang, Durian Gantang, Gambah, Sungai Jamil dan Banua Kupang.

Bio gas adalah sumber energi alternatif ramah lingkungan yang menggunakan kotoran sapi sebagai bahan baku utama.

Kotoran sapi dikumpulkan dalam satu tempat khusus yang disebut instalasi pembuatan bio gas, untuk kemudian diolah menggunakan bio digester sebagai alat pencerna hingga menghasilkan gas.

Namun, ia mengemukakan, mahalnya biaya yang harus dikeluarkan untuk membangun sebuah instalasi pengolahan bio gas, membuat penerapan teknologi itu sulit dilaksanakan.

"Untuk membangun sebuah instalasi bio degister permanen dari beton dengan kapasitas 9 kubik berdiameter 2,7 meter diperlukan biaya sebesar Rp30 juta," katanya.

Instalasi permanen bio degister dari beton memiliki daya tahan yang lama, yaitu mampu mengolah bio gas selama 30 tahun.

Selain yang terbuat dari beton, ia menyatakan, juga ada bio degister yang terbuat dari plastik dengan harga yang lebih terjangkau.

Hanya saja, menurut dia, bio degister plastik tersebut tidak tahan lama karena hanya mampu bertahan antara dua hingga tiga tahun.

Ia menambahkan, hal itu disebabkan oleh sifat plastik yang tidak tahan terhadap panas sehingga memerlukan penanganan ekstra.

"Sedang gas yang dihasilkan oleh pengolahan kotoran sapi bersifat panas sehingga plastik lama-lama akan meleleh," katanya.

Dengan jumlah populasi sapi sebanyak 12.000 ekor di Hulu Sungai Tengah (HST), sebenarnya pengembangan teknologi itu sangat memungkinkan untuk diterapkan di kabupaten itu.

Untuk sebuah bio degister hanya diperlukan tiga ekor sapi penghasil kotoran sebagai bahan baku setiap harinya.

Bila di hitung dari jumlah popilasi sapi yang ada, maka sanggup memasok kebutuhan untuk 4.000 bio degister.

Ia mengharapkan, ada pihak ketiga yang mau menjadi investor untuk pengembangan bio gas di HST sehingga kedepannya teknologi tersebut dapat diterapkan.
(T.ANT-194/A033/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010