Denpasar (ANTARA News) - Perdana Menteri (PM) Timor Leste, Kay Ralla Xanana Gusmao, bermalam di Atambua, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), di sela-sela kunjungan kerjanya ke Distrik Oekusi yang menjadi wilayah enklav negara itu di wilayah Provinsi NTT.

"Xanana sudah dua malam di sini dalam kunjungan tidak resmi untuk melintas ke Distrik Oekusi," kata Komandan Distrik Militer 1605/Belu, Letnan Kolonel Infantri Hotman Hutahaean, yang menghubungi ANTARA News di Denpasar, dari Atambua, Rabu.

Dalam kunjungannya ke Oekusi, kata dia, Xanana dan rombongan besarnya masuk melalui Pos Lintas Batas Resmi Wini, Kabupaten TTU. Pulang dari sana, Xanana menyempatkan mampir ke Atambua dan bersilarahmi dengan pihak Muspida Belu dan masyarakat.

Hutahaean menyatakan kondisi keamanan wilayah selama kunjungan tidak resmi Xanana dan rombongan sangat kondusif. Sekalipun demikian, pengamanan fisik dan nonfisik telah disiapkan sedemikian rupa terkait dengan kunjungan tidak resmi kepala pemerintahan Timor Timur itu.

Menurut Hutahaean, dalam agenda kunjungan Xanana selama beberapa hari di Atambua yang menginap di Hotel King Star itu, dijadwalkan pertemuan dan dialog persahabatan dengan Bupati Belu, Joachim Lopez, beserta unsur lain musyawarah pimpinan daerah (muspida) Kabupaten Belu.

Xanana dan rombongan besarnya mendapat pengawalan ketat dari apartur militer dan keamanan setempat. Mereka dijadwalkan akan kembali ke negaranya melalui Pintu Lintas Batas Resmi Mota Ain pada Kamis besok (19/8).

"Selama di Atambua, bahkan dilaksanakan pertandingan persahabatan sepak bola antara pemuda dari negara itu dan pemuda dari Kabupaten Belu. Tidak hanya itu, akan digelar juga malam budaya masyarakat kedua negara yang sebetulnya masih bersaudara itu," kata Hutahaean.

Dia menyatakan sekalipun ini adalah kunjungan tidak resmi, namun pengamanan tetap dilaksanakan secara maksimal.

Tidak kurang 930 personel TNI AD dan Kepolisian Resor (Polres) Belu plus dukungan lain disiapkan untuk mengamankan lokasi-lokasi pertemuan dan Lapangan Umum Atambua, tempat pertandingan persahabatan sepak bola itu dilaksanakan.

Tidak cukup itu, beberapa penembak jitu telah disiapkan di titik-titik strategis untuk mengantisipasi kejadian yang bisa merugikan hubungan baik kedua negara yang telah terjalin selama ini.

"Karena ini menyangkut kepala pemerintahan suatu negara, maka pengamanan wajib dilaksanakan, dan kami dengan dukungan sejawat, pemerintahan setempat, kepolisian, dan masyarakat, telah siapkan semaksimal mungkin," katanya.

Unsur pengamanan yang disiapkan itu, kata Hutahaean, meliputi unsur Subdetasemen IX/I-3 Polisi Militer TNI-AD, Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Indonesia-Timor Timur Markas Besar TNI, Kodim 1605/Belu, dan jajaran dukungan lain.

Pengamanan ruter perjalanan dari Pintu Lintas Batas Resmi Napan Bawah di Kabupaten TTU, katanya mencontohkan, telah disimulasikan pengamanannya sebegitu rupa.

"Lazimnya pengamanan kepala negara atau kepala pemerintahan, kami membentuk area ring satu, ring dua, dan ring tiga. Kami juga sterilkan ring satu, hanya pihak yang betul-betul jelas peran dan fungsinya dan terkait langsung dengan Xanana yang boleh masuk di Hotel King Star di mana mereka menginap," katanya.

Setelah (bekas) Provinsi Timor Timur meraih suara terbanyak untuk menjadi negara tersendiri dalam referendum pada akhir Agustus 1999, terjadi gelombang eksodus besar-besaran warga di wilayah itu yang memilih untuk tetap setia pada Indonesia.

Kabupaten Belu yang langsung berbatasan darat dengan bekas provinsi itu menjadi lokasi utama penampungan pengungsi yang kebanyakan masih memiliki tali persaudaraan dengan warga di kabupaten itu.

Hingga kini lokasi-lokasi perkampungan baru warga dari bekas Provinsi Timor Timur itu masih menjadi menjadi wilayah perkampungan yang didiami mereka.
(T.A037/D007/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010