Semarang (ANTARA News) - Susanti (28), pengidap penyakit langka "Guillain-Barre Syndrome" (GBS) yang di rawat di Rumah Sakit Islam (RSI) Sultan Agung Semarang, ternyata tengah mengandung satu bulan.

"Pasien masuk sini (RSI Sultan Agung, red.) pada 11 Juli 2010, namun tim medis belum menemukan tanda-tanda kehamilan saat itu," kata Direktur Utama RSI Sultan Agung, dr. Masyhudi di Semarang, Sabtu.

Bahkan, kata dia, saat pasien menjalani operasi usus buntu dua hari setelah dirawat, yakni pada 13 Juli 2010, tim medis belum menemukan tanda kehamilan. "Jadi, kehamilannya terjadi setelah itu," katanya.

Menurut dia, penyakit GBS yang diderita pasien tidak memengaruhi perkembangan janin yang diperkirakan berumur satu bulan itu, dan adanya janin yang dikandung juga tidak memengaruhi kondisi pasien.

"Kondisinya (pasien, red.) normal, dia bisa melihat dan mendengar. Hanya saja tubuhnya tidak bisa digerakkan, namun tidak ada pengaruhnya dengan perkembangan janin," katanya.

Namun, ia mengaku akan terus mengamati secara intensif kondisi kandungan Susanti dalam satu-dua minggu ke depan. "Apakah perkembangan janin baik atau tidak," katanya.

Kalau perkembangan janinnya baik, kata dia, maka akan tetap dipertahankan dan dipelihara dengan baik, misalnya, menjaga asupan gizi melalui infus, meskipun kondisi sang ibu belum pulih.

Ditanya tindakan tim dokter jika kondisi kandungan Susanti tidak menunjukkan perkembangan yang baik, ia mengatakan, "Berdoa saja semoga kandungannya tetap baik,".

Ia mengakui penyakit GBS yang tergolong "autoimun desease" (penyakit yang menyerang kekebalan tubuh) itu termasuk langka dengan kemungkinan terjangkit pada 1:200.000 penduduk.

"Kemungkinan sembuh dengan gejala sisa, seperti kaki agak lemah sekitar 25-30 persen dan lima persen penderita GBS berujung pada kematian," kata Masyhudi.

Sementara itu, Sumardi (31), kakak Susanti mengaku pihak keluarga sudah menyerahkan keputusan terkait apakah janin yang dikandung adiknya itu dipertahankan atau tidak kepada tim dokter.

"Kami menyerahkan sepenuhnya kepada tim dokter, sebab mereka yang tahu kondisi persis secara medis dan langkah yang akan ditempuh," kata Sumardi.

Susanti (28) adalah guru SMP-SMA Ma`arif Brangsong Kendal yang baru diperistri Sigid Setiawan (29) pada Maret 2010, dan 11 Juli 2010 harus menjalani perawatan di RSI Sultan Agung Semarang.

Sebelumnya, warga Tanggulsari RT 02/ RW 07 Brangsong, Kendal itu sempat dirawat di Puskesmas Kaliwungu karena mengeluhkan kelelahan dan muntah-muntah, namun kemudian dirujuk ke RSI Sultan Agung Semarang.

Diagnosis awal, Susanti terkena radang usus dan harus menjalani operasi yang dilakukan pada 13 Juli 2010, namun setelah operasi kondisinya justru semakin parah hingga akhirnya didiagnosis terkena penyakit GBS.

Pihak keluarga sudah mengeluarkan Rp100 juta lebih untuk biaya perawatan, ditambah biaya pembelian obat "imunoglobulin" seharga Rp2,5 juta/botol, padahal setiap hari Susanti membutuhkan delapan botol.

Karena itu, pihak keluarga meminta uluran tangan masyarakat untuk membantu meringankan beban, apalagi keluarga sudah menjaminkan tanah untuk menebus "imunoglobulin" selama dua hari terakhir.(*)
(U.KR-ZLS/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010