Sleman (ANTARA News) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Darwin Zahedy Saleh menegaskan bahwa penyesuaian harga elpiji mutlak diperlukan untuk menghindari terjadinya penyimpangan yang dapat berdampak pada timbulnya kecelakaan.

"Penyesuaian harga elpiji itu mutlak harus dilakukan karena faktanya pengoplosan akibat ketimpangan harga itu memang terjadi, dan akhirnya banyak berdampak pada kecelakaan yang mengakibatkan kerugian jiwa dan material," kata Darwin seusai memberikan bingkisan kepada keluarga miskin pengguna elpiji di Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia, penyesusian harga tersebut bukan semata-mata menaikkan atau menurunkan harga elpiji tetapi lebih kepada upaya bagaimana memberikan rasa aman kepada masyarakat sebagai pengguna elpiji dan menurunkan potensi terjadinya kecelakaan.

"Ada beberapa alternatif yang saat ini masih terus diperdalam, yakni kemungkinan menaikkan harga elpiji ukuran tiga kilogram sama seperti ukuran 12 kilogram atau sebaliknya menurunkan harga elpiji 12 kilogram sama seperti tiga kilogram atau dengan cara yang lain yang sampai saat ini masih terus kami bahas bersama instansi terkait," katanya.

Ia mengatakan, pengoplosan elpiji selama ini harus diakui sebagai salah satu penyebab utama terjadinya kecelakaan penggunaan kompor elpiji.

"Pengoplosan ini dilakukan asal-asalan sehingga merusak bagian-bagian vital dalam tabung gas seperti `rubberseal` sehingga menimbulkan kebocoran dan berdampak pada timbulnya kecelakaan," katanya.

Ia mengatakan, saat ini juga sedang diupayakan untuk dirumuskan cara untuk memberikan kompensasi bagi masyarakat terkait dengan penyesuaian harga elpiji ini.

"Pada intinya rakyat jangan sampai terbebani dengan adanya penyesuaian harga ini, dan penyesuaian harga ini harus secepatnya dilakukan," katanya.

Sementara itu Direktur PT Pertamina Karen Agustiawan mengatakan masyarakat pengguna elpiji juga harus dapat membedakan mana tabung gas yang masih asli keluaran dari stasiun pengisian bulk elpiji (SPBE) dan yang sudah dioplos.

"Cara paling sederhana adalah dilihat dari segel pengamanannya, jika mudah dibuka dan cukup dengan tangan saja maka besar kemungkinan adalah tabung yang sudah dioplos, sedangkan bila segel masih kuat dan membukanya harus dengan alat bantu maka masih asli dari SPBE," katanya.

(ANT/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010