Aden, Yaman (ANTARA News/AFP) - Yaman hari Minggu membantah keterlibatan pasukan asing di wilayahnya untuk memerangi Al-Qaeda, sementara pasukan keamanan Sanaa disiagakan setelah sembilan prajurit tewas dalam serangan kelompok gerilya.

"Kami terkejut oleh tuduhan-tuduhan tidak berdasar di sejumlah media akhir-akhir ini mengenai keberadaan pasukan Inggris dan kedatangan pasukan AS untuk membantu memerangi teror di Yaman," kata situs berita kementerian pertahanan 26sep.net mengutip seorang pejabat Yaman.

Pejabat itu mengatakan, kerja sama Yaman dengan "AS atau negara-negara lain" dalam memerangi terorisme "terbatas pada pertukaran informasi yang mempermudah pengejarannya terhadap unsur-unsur teroris dan penyerahan mereka ke pengadilan".

Tersangka gerilyawan Al-Qaeda menyerang pasukan Yaman beberapa kali pada pekan-pekan terakhir ini.

Dalam insiden yang paling akhir, sembilan prajurit dan seorang warga sipil tewas di kota Jaar di provinsi Abyan, Yaman bagian selatan, pada Sabtu.

Seorang pejabat keamanan mengatakan, prajurit-prajurit itu sedang berbuka puasa ketika empat militan bersenjata menyerang mereka dengan granat roket.

Kelompok militan itu meneriakkan "Allah Maha Besar" dan menyatakan datang "dari kota Loder untuk membalas kematian saudara-saudara kami di sana", kata pejabat itu mengutip seorang prajurit yang selamat.

"Serangan itu memiliki ciri Al-Qaeda," tambahnya.

Bentrokan-bentrokan mematikan pekan lalu antara tersangka militan Al-Qaeda dan militer di Loder, Abyan utara, menewaskan sedikitnya 33 orang, termasuk 19 militan, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas sumber-sumber resmi dan medis.

Bentrokan sporadis meletus Minggu di Loder antara pasukan keamanan dan tersangka militan, kata seorang pejabat keamanan yang dikutip 26sep.net.

Gerilyawan Al-Qaeda meningkatkan serangan terhadap pasukan keamanan Yaman pada Juni dan mengklaim serangan-serangan yang menewaskan puluhan orang dengan menyebutnya sebagai pembalasan atas kerja sama pemerintah yang meningkat dengan AS.

Yaman adalah negara leluhur pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh telah mendesak rakyat Yaman tidak mendengarkan seruan-seruan pemisahan diri, yang katanya sama dengan pengkhianatan.

Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.

Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAP menyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Hari Natal.

AQAP menyatakan pada akhir Desember, mereka memberi tersangka warga Nigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepada orang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.

Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiah di wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan dan serangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia.

Sanaa menyatakan, pasukan Yaman membunuh puluhan anggota Al-Qaeda dalam dua serangan pada Desember.

Kedutaan Besar Inggris di Sanaa juga menjadi sasaran rencana serangan bunuh diri Al-Qaeda yang digagalkan aparat keamanan Yaman pada pertengahan Desember.

Sebuah sel Al-Qaeda yang dihancurkan di Arhab, 35 kilometer sebelah utara ibukota Yaman tersebut, "bertujuan menyusup dan meledakkan sasaran-sasaran yang mencakup Kedutaan Besar Inggris, kepentingan asing dan bangunan pemerintah", menurut sebuah pernyataan yang dipasang di situs 26Sep.net surat kabar kementerian pertahanan.

Selain separatisme, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010