"turnamen ini merupakan kesempatan sempurna guna menunjukkan kepada dunia bahwa Eropa beradaptasi. Eropa masih hidup dan merayakan kehidupan. Eropa telah kembali."
Yakin aman

Awalnya ada 13 kota yang masuk daftar tuan rumah Euro 2020 sebelum Brussels dicoret dan sebelum pandemi merusak semua wacana.

Kemudian April lalu, Dublin dan Bilbao juga dicoret karena baik pemerintah Irlandia maupun pemerintah daerah Basque di Spanyol di mana Bilbao berada enggan memberikan lampu hijau untuk hadirnya penonton dalam stadion. Sevilla lalu menggantikan Bilbao, sedangkan semua pertandingan yang tadinya dijadwalkan di Dublin dipindahkan ke London dan Saint-Petersburg.

Sevilla, London, dan Saint Petersburg sudah memberi lampu hijau untuk hadirnya penonton dalam stadion. Demikian juga Amsterdam, Baku, Bucharest, Budapest, Kopenhagen, Glasgow, Roma dan Muenchen walaupun kota di Jerman ini hanya membolehkan sekitar 14.500 penonton boleh masuk stadion Allianz Arena ketika kota-kota lain berani membolehkan 25 sampai 100 persen dari kapasitas normal stadion.

UEFA sendiri bersikeras Euro 2020 mesti disaksikan langsung penonton di dalam stadion sekalipun ditentang sejumlah pemerintah di Eropa, selain dihadapkan kepada situasi kesehatan yang berbeda-beda antara satu wilayah, khususnya karena kekhawatiran terhadap varian baru yang lebih menular.

Aleksander Ceferin bahkan yakin sekali Euro 2020 aman. Dia bilang, "turnamen ini merupakan kesempatan sempurna guna menunjukkan kepada dunia bahwa Eropa beradaptasi. Eropa masih hidup dan merayakan kehidupan. Eropa telah kembali."

Ternyata ada aspek politiknya juga. Tapi tak apa, lagi pula mustahil murni semata olahraga. Masih sangat wajar, semua orang melakukan seperti diucapkan Ceferin.

Tapi pertarungan UEFA tidak saja berkaitan dengan pandemi, namun juga mengenai kualitas pertandingan nanti.

Piala Eropa memang menjanjikan laga yang asyik untuk ditonton. Tetapi persoalan mendasar yang menjadi tantangan edisi ini adalah kelelahan yang dialami pemain setelah menyelesaikan musim yang rata-rata padat akibat diganggu pandemi. Kekhawatiran terjadinya cedera pun menjadi lebih besar dibandingkan era-era sebelumnya.

Hampir semua tim nasional hanya memiliki waktu singkat dalam meracik, menyempurnakan dan menyusun taktik akibat musim yang sibuk itu. Sampai-sampai jadwal praturnamen pun disusun pada menit-menit terakhir karena mesti menyesuaikan diri dengan jadwal kompetisi klub dan ketentuan lockdown serta pembatasan perjalanan di berbagai tempat dalam upaya membendung COVID-19.

Para pelatih dipaksa berpikir keras menyusun skuad yang siap untuk Euro 2020, dalam tempo yang begitu singkat. Akibatnya jangan berharap bakal muncul sepakbola indah. Sebaliknya, mengutip Associated Press, pragmatisme demi menjuarai turnamen yang mungkin paling menggejala.

Jonathan Wilson, pengarang "Inverting The Pyramid: The History of Football Tactics", beranggapan "Yang Anda saksikan pada level internasional adalah, karena terpaksa, menjadi jauh lebih sederhana dibandingkan dengan sepakbola tingkat klub."

Dan dalam hal memainkan sepakbola 'sederhana' Prancis, sang juara bertahan Piala Dunia, adalah jagonya. Negara ini adalah contoh sempurna untuk "kesederhanaan" taktis dan pragmatisme sepakbola modern seperti disebut Wilson.

Di Rusia tiga tahun silam, Prancis rata-rata menguasai distribusi bola 48 persen, tim ke-25 dari 32 tim peserta yang tidak begitu sering mendekati area penalti lawan, menjadi tim dengan jumlah mengumpan paling sedikit kelima, paling rendah kelima dalam soal menjelajah lapangan, dan memiliki rata-rata enam tendangan ke arah gawang per pertandingan yang merupakan terendah kedua selama turnamen itu.

Intinya Prancis bertahan dengan rapat, menyerang begitu waktunya tepat, dan klinis dalam menuntaskan penyelesaian akhir. Mereka juga jago dalam soal set piece. Gol-gol sundulan dari bek tengah mereka menjadi penentu kemenangan mereka pada perempatfinal dan semifinal Piala Dunia lalu.

Pragmatisme dan efisiensi namun dibarengi limpahan bakat luar biasa hebat seperti Kylian Mbappe dan N’Golo Kante, adalah kunci Prancis menjadi juara dunia. Mungkin atas alasan ini pula Prancis bakal sulit dihentikan pada Euro 2020.

Baca juga: Delapan kota tuan rumah Euro 2020 perbolehkan kehadiran penonton
Baca juga: Italia gelar Piala Eropa 2020 dengan 25 persen penonton di stadion



Selanjutnya: Pola permainan jadi benchmark

Copyright © ANTARA 2021