Yogyakarta (ANTARA News) - Upacara `ngabekten ` atau `sungkeman` dengan penguasa Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwono X pada 1 Syawal 1431 H diikuti oleh Bupati dan Wali Kota se Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, di Bangsal Kencono keraton setempat, Jumat.

Upacara tradisi keraton tersebut dimulai setelah shalat Idul Fitri di Alun-alun utara. Dalam acara `ngabekten` khusus `abdi dalem` keraton laki-laki itu diawali setelah Sri Sultan Hamengku Buwono X yang mengenakan busana adat surjan berwarna biru muda itu duduk di singgasana dan menitahkan "maju" sebagai tanda dimulainya prosesi.

Adik Sri Sultan Hamengku Buwono X, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Hadiwinoto mengawali upacara tradisi tersebut dengan `laku ndodok` (berjalan dalam posisi jongkok), menuju Sri Sultan HB X kemudian mencium lututnya dan seteleh itu mundur kembali dengan cara `laku dodok` pula.

Setelah itu diikuti adik-adik Sultan HB X dan kerabat dekat lainnya.

Setelah itu baru disusul di belakangnya, empat bupati dan wali kota Yogyakarta yang mengenakan beskap putih dan kain panjang serta para abdi dalem keraton lainnya.

Satu per satu para abdi dalem tersebut menghaturkan sembah lalu mencium lutut Sri Sultan Hamengku Buwono X dengan tata cara `laku ndodok` .

Ngabekten sungkeman yang telah dilaksanakan sejak masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I tersebut berlangsung dengan hening dan khidmat.

Sesuai aturan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, tidak ada sambutan apapun yang dikeluarkan Sri Sultan Hamengku Buwono X. Sultan selama berlangsungnya prosesi itu, dan hanya mengucapkan kata "maju" sebagai isyarat dimulainya prosesi dan "mundur" sebagai tanda berakhirnya sungkeman.

Ngabekten atau sungkeman kepada raja merupakan bukti penghormatan dan kepatuhan. Dalam ngabekten ini tersirat adanya ketulusan untuk saling meminta dan memberi maaf.

Ngabekten diadakan dalam dua hari, upacara hari kedua, Sabtu 11 September 2010 dikhususkan bagi sungkeman putri yang diikuti permaisuri Gusti Kanjeng Ratu Hemas, disusul kelima putri Sri Sultan Hamengku Buwono X.
(ANT158/H008)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010