Sanaa (ANTARA News) - Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh pada Minggu menyatakan bertekad memerangi Al Qaida yang semakin giat di negaranya. Tekad itu dia sampaikan , dalam pidato  peringatan revolusi tahun 1962.

"Kami bertekad perang melawan teror, yang merugikan perekonomian kami, nama baik agama dan negara kami," kata Saleh dalam pidatonya, yang diterbitkan kantor berita negara Saba.

"Unsur Al Qaida menyerang kepentingan rakyat dan tanah air kami, menghambat pembangunan dan berdampak pada pariwisata serta penanaman modal di negara kami," kata Saleh.

"Kami tidak punya pilihan, selain menghadapi bahaya dari mereka dan mengatasinya dengan segala daya," tambahnya.

Minggu menandai ulang tahun revolusi 26 September 1962, yang meruntuhkan keimaman, bentuk hukum ulama, dan memproklamasikan Yaman sebagai republik.

Yaman, tanah air leluhur Osama bin Ladin, mengalami kebangkitan gerakan cabang wilayah jaringannya, yang dikenal dengan Al Qaida di Semenanjung Arab (AQAP), dalam beberapa bulan belakangan.

Pejuang keras itu menyatakan bertanggung jawab atas serangkaian serangan maut, termasuk di Loder pada ahir Agustus, ketika tiga hari pertempuran sengit dengan pasukan keamanan menewaskan sedikit-dikitnya 33 orang.

Baru-baru ini, tentara Yaman merebut kembali kendali atas Huta, kota selatan, pada hari Jumat setelah diambil alih Alqaida pada 18 September, kata pejabat.

Tentara melaporkan kemajuan di selatan itu diikuti kemunduran di Sanaa, ketika dua orang bersenjata menyergap bus pembawa petugas sandi bekerja pada fajar hari Sabtu, melukai 10 dari mereka.

Inggris pada Jumat memperingatkan "bahaya besar" keamanan dunia jika Yaman, negara termiskin dunia Arab dan kian menjadi kubu Alqaida, menjadi negara gagal.

Keadaan itu digambarkan sebagai "unsur sangat mungkin untuk bahaya" oleh Menteri Pembangunan Antarbangsa Inggris Alan Duncan, yang berbicara di New York pada pertemuan terahir kelompok pendukung antarbangsa Teman Yaman.

Sanaa meningkatkan gerakannya melawan Alqaida sejak AQAP menyatakan bertanggung jawab atas serangan gagal terhadap pesawat tujuan Amerika Serikat pada Natal tahun lalu.

Alqaida dan pemerintah Yaman bentrok bertahun-tahun, namun benturan berkembang saat kelompok itu kian meningkatkan serangan terbuka pada sasaran asing dan dalam negeri.

Pada pekan lalu, Bulan Sabit Merah Yaman menyatakan sampai 12.000 warga lari dari rumah mereka di Shabwa, propinsi selatan, dalam beberapa hari belakangan akibat pertempuran sengit antara pasukan pemerintah dengan tersangka pejuang Alqaida.

Pengulas kuatir Yaman runtuh akibat perlawanan Syiah di utara, gerakan pembangkangan di selatan dan serangan Alqaida.

Negara miskin Yaman, yang juga menghadapi peningkatan perlawanan di selatan, ditekan untuk menyelesaikan kemelut dalam negeri guna memusatkan perhatian pada penumpasan sayap Al Qaida, yang bangkit dan ingin menggunakan negara jazirah Arab untuk melancarkan serangan di kawasan tersebut dan sekitarnya.

Kelompok itu memusatkan perhatian pada sasaran berdampak besar berupa sasaran asing, tapi mulai mengincar negara dalam menanggapi peningkatan kerja sama Amerika Serikat-Yaman dalam penumpasan, yang mencakup serangan udara dan darat.

Al Qaida dalam rekaman audio internet pada tengah Agustus mengancam melakukan serangan lebih lanjut terhadap pasukan Yaman sesudah dugaan dan pemastian serangan Al Qaida atas pemerintah, yang menewaskan puluhan orang.
(B002/H-RN)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010