Palembang (ANTARA News) - Anak Ny. Zahra Ashari Hamim (62), jamaah haji kloter 20 Palembang, Sumatra Selatan (Sumsel), membantah bila ibunya meninggal dunia diakibatkan mengkonsumsi obat-obatan mengandung psikotropika.

Solihin (29) anak bungsu dari almarhum Ny. Zahra Ashari Hamim dari enam bersaudara di Palembang, Sabtu, mengatakan bahwa sepengetahuan dia orang tuanya tidak mengidap penyakit selain diabetes.

Beliu (Ibunya-red) sejak tiga tahun silam memang memiliki penyakit diabetes, kata dia pula.

Menurut dia, seminggu sebelum berangkat ke Tanah Suci, masih tampak sehat, namun tiga hari menjelang masuk asrama haji kondisi kesehatnnya mulai menurun, karena sibuk mempersiapkan keberangkatannya sehingga kurang tidur.

Bahkan ibu kami sempat pingsan saat-saat mau dibawa ke asrama, dan juga waktu ke Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, beliu diangkut dengan menggunakan ambulance, kata dia lagi.

Ia mengatakan, atas pemberitaan orang tuanya yang menurutnya tidak benar itu, membuat sekeluarga menjadi terkejut dan menyanyangkan adanya kabar berita seolah-olah ibu mereka meninggal karena bunuhdiri.

"Dengan meninggalnya ibu kami, sudah sangat mengejutkan, terlebih lagi adanya pemberitaan yang demikian," kata dia lagi.

Ia menyampaikan, berdasarkan kabar yang diperoleh dari pengurus KBIH tempat ibunya mendaftar jamaah calon haji, H Yunani bahwa setelah menjalankan ibadah salat subuh Jumat (20/11) pukul 05:30 waktu Saudi Arabia atau jam 09:30 WIB, ibunya mencuci.

Selanjutnya, pada saat hendak menjemur pakiannya mendadak ibunya merasa pusing, yang posisinya berada di lantai enam pemondokan di sektor 8 Bakhutmah, Mekah, lalu kemidian terjatuh dan meninggal dunia.

Selanjutnya dia mengatakan, bila dirinya sedih dan sangat merasa kehilangan karena tidak dapat mengurus jenazah ibunya secara langsung.

"Namun kami sekeluarga telah mengikhlaskan kepergiannya, sebab ibu meninggal dalam perjalanan suci, ungkap dia, yang bercita-cita ingin mengajak ibunya ke Batam, tempat dia bersama empat kakaknya bekerja.

Dalam kesempatan ini, dia juga menceritakan pesan orang tuanya bila meninggal kelak ingin dimakamkan dekat mendiang suaminya yang terlebih dahulu meninggal dunia.

"Di sini sebenarnya yang membuat kami merasa sangat kehilangan, karena belum dapat membahagiakan orang tua dan tidak dapat memenuhi pesannya. Tapi itu semua kehendak Yang Maha Kuasa tentunya itu yang terbaik bagi almarhum di makamkan di Mekah," kata dia pula.

Sebelumnya media Centre Haji (MCH) Mekah melaporkan kejadian yang berlangsung pukul 05:30 waktu setempat itu membuat panik jamaah lain yang sedang bersiap-siap untuk berziarah ke tempat-tempat bersejarah.

Acara ziarah menjadi batal, karena kaca depan bus hancur tertimpa tubuh korban, sedangkan saksi mata, Suud H. Rahim yang juga petugas kesehatan Tim Haji Sektor VIII Mekah, melihat Zahra duduk di atas tembok pembatas lantai 6 yang biasa digunakan menjemur pakaian.

Sementara dokter sektor tim haji yang sedang bertugas, dr. Sugihartono mengungkapkan, korban meninggal di tempat dan di saku korban ditemukan obat-obatan psikotropika yang diresepkan dokter.

"Berdasar keterangan dokter kloter bahwa yang bersangkutan memang menjalani perawatan kejiwaan. Berdasarkan obat-obatan yang ditemukan di sakunya, korban mengalami gangguan kejiwaan schizofrenia," katanya. (*)

Editor: Ricka Oktaviandini
Copyright © ANTARA 2009