New York (ANTARA) - Wall Street lebih tinggi pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), dengan indeks S&P 500 dan Nasdaq mencatat rekor penutupan tertinggi setelah risalah dari pertemuan Federal Reserve terakhir mengindikasikan para pejabat terbelah atas kapan harus mulai mengurangi pembelian aset bank sentral karena ketidakpastian mengenai prospek ekonomi.

Indeks Dow Jones Industrial Average terangkat 104,42 poin atau 0,30 persen, menjadi menetap di 34.681,79 poin. Indeks S&P 500 bertambah 14,59 poin atau 0,34 persen, menjadi ditutup pada 4.358,13 poin. Indeks Komposit Nasdaq terangkat 1,42 poin atau 0,01 persen, menjadi berakhir di 14.665,06 poin.

Delapan dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona hijau, dengan sektor meterial menguat 1,02 persen, melampaui sisanya. Sementara itu, sektor energi tergelincir 1,73 persen, menjadikannya kelompok dengan kinerja terburuk.

Baca juga: Wall Street ditutup beragam, indeks Dow Jones jatuh 208,98 poin

Menurut risalah pertemuan kebijakan bank sentral AS Juni, para pejabat Fed merasakan kemajuan substansial lebih lanjut pada pemulihan ekonomi "umumnya dipandang belum terpenuhi," tetapi sepakat bahwa mereka harus siap untuk bertindak jika inflasi atau risiko lain terwujud.

“Saya membaca ini sebagai kumpulan catatan dovish yang efektif hanya karena mereka tidak merasa sebagai kelompok bahwa mereka memiliki cukup kepastian tentang situasi untuk membuat perubahan sama sekali,” kata Brad McMillan, kepala investasi di Commonwealth Financial Network di Waltham, Massachussets.

The Fed telah berjanji untuk mempertahankan suku bunga acuannya tidak berubah pada level rekor terendah mendekati nol, sambil melanjutkan program pembelian asetnya setidaknya pada kecepatan saat ini sebesar 120 miliar dolar AS per bulan sampai pemulihan ekonomi membuat "kemajuan lebih lanjut yang substansial."

Para pejabat Fed setuju untuk terus menilai kemajuan ekonomi menuju target bank sentral dan mulai membahas rencana mereka untuk menyesuaikan jalur dan komposisi pembelian aset pada pertemuan mendatang, menurut risalah.

Baca juga: Wall Street dibuka naik pasca-rilis laporan ketenagakerjaan AS

"The Fed belum siap untuk melakukan tapering, dan bahkan kurang siap untuk menaikkan suku bunga fed fund. Namun demikian, keduanya dibahas dalam pertemuan Juni, dengan penekanan pada kedua diskusi untuk menjaga informasi publik," Chris Low, kepala ekonom di FHN Financial, mengatakan dalam sebuah catatan pada Rabu (7/7/2021).

Imbal hasil obligasi pemerintah beringsut lebih rendah setelah risalah Fed, sementara saham sebagian besar terangkat lebih tinggi.

Risalah tersebut mencerminkan Fed yang terpecah bergulat dengan risiko inflasi baru tetapi pengangguran masih relatif tinggi.

Setelah pertemuan dan pernyataan bulan lalu, investor mulai mengantisipasi Fed akan bergerak lebih cepat untuk melakukan pengetatan dari yang diperkirakan sebelumnya.

Wall Street telah mengkhawatirkan inflasi, dengan investor bergerak di antara saham-saham di bawah nilai intrinsiknya (value stocks) dan saham-saham pertumbuhan (growth stocks) ternama dalam beberapa sesi terakhir.

Sementara itu, regulator pasar China mengatakan telah mendenda sejumlah perusahaan-perusahaan internet termasuk Didi Global, Tencent dan Alibaba karena gagal melaporkan kesepakatan merger dan akuisisi sebelumnya untuk disetujui.

Saham Didi yang tercatat di AS anjlok 4,6 persen, menambah kemerosotan hampir 20 persen pada Selasa (6/7/2021).
 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021