London (ANTARA News) - Perempuan yang menuduh pria tidak mendengarkan mereka saat bertengkar, mungkin memang benar.

Para ilmuwan menemukan bahwa pria berhasil menghindar saat berada dalam situasi tegang, sementara perempuan menjadi lebih responsif terhadap respons emosional.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti di University of Southern California (USC) mempelajari bagaimana pria dan wanita bereaksi terhadap situasi tegang.

Hasilnya, para pria yang memperlihatkan wajah marah, aktivitas area otak mereka yang bertanggung jawab dalam memahami perasaan orang berkurang. Berbeda dengan perempuan yang menunjukkan kegiatan aktivitas tinggi, seperti dikutip dari Daily Mail.

"Ini penemuan pertama untuk mengindikasikan perbedaan jenis kelamin dalam efek tekanan pada perilaku sosial, berkembang pada salah satu transaksi sosial paling dasar, memproses ekspresi wajah orang lain. Dibawah tekanan, pria cenderung menarik diri secara sosial sementara perempuan mencari dukungan emosional,"  kata profesor Mara Mather, penulis penelitian  di USC.

Penelitian itu dipublikasikan dalam jurnal "NeuroReport." Para peneliti mempresentasikan bukti bahwa dibawah stres akut, pria kurang menanggapi pada ekspresi wajah, terutama takut dan marah.

Penelitian itu melibatkan 50 pria dan wanita. Mereka diminta melihat foto wajah dibawah kondisi terkontrol. Kedua kelompok menunjukkan kegiatan dalam bagian otak menggunakan pengolahan visual dasar dan dalam bagian mengunakan interpretasi dan pemahaman ekspresi wajah.

Kemudian, kadar kortisol mereka, yang dikenal sebagai indikasi stres, dimanipulasi menggunakan "cold pressor stress test" (tes untuk menunjukkan tekanan darah).

Pria yang berada dalam situasi stres menunjukkan aktivitas berkurang. Tak hanya dalam bagian wajah, tetapi juga mengurangi koordinasi antara bagian otak yang membantu kita menginterpretasi emosi wajah apa yang ingin disampaikan.

Dalam perbedaan jenis kelamin, perempuan dibawah stres menunjukkan yang sebaliknya. Pria dan perempuan di bawah stres semahir kelompok saat mengingat wajah.

"Penelitian itu mengindikasikan bahwa mengalami stres akut bisa mempengaruhi kegiatan dan interaksi selanjutnya dalam area otak dalam cara yang berlawanan bagi pria dan wanita.

Penelitian sebelumnya menunjukkan peran penting insula dalam membantu kita merangsang pengalaman lain, sedangkan kutub sementara menunjukkan pentingnya untuk memahami emosi yang lain.

Keduanya merupakan bagian yang dikenal sebagai sirkuit, bersama dengan area depan yang inferior dan amygdala, yang berkontribusi untuk empati dan pemahaman sosial.

Penelitian itu melihat pada empat puluh tujuh orang yang tidak kidal dan bukan perokok. Semua partisipan diminta untuk mengulang mulai dari latihan atau mengonsumsi kafein sebelum penelitian dan tidak ada peserta yang sedang menjalani pengobatan hormon.
(ENY/A024) 

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010