London (ANTARA News) - Menteri Pertanian Indonesia, Dr. Suswono, dalam intervensinya pada pertemuan tingkat menteri di Organisasi Pangan Persererikatan Bangsa-Bangsa (FAO) ke-30 regional Asia Pasifik di Gyeongju, Korea Selatan, berharap organisasi itu lebih efektif dan efisien.

Meningkatnya jumlah penduduk lapar dunia pada 10 tahun terakhir mencerminkan kurang efektifnya tindakan organisasi dunia dalam memerangi kelaparan, demikian keterangan pers Atase Pertanian Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Roma. Erizal Sodikin, yang diterima ANTARA News London, Sabtu.

Untuk itu, Indonesia mengharapkan FAO, yang berkantor pusat di Roma (Italia) dan organisasi internasional lainnya dapat bersinergi menciptakan kegiatan dan proyek yang lebih efektif dan efisien dengan melibatkan secara penuh negara anggota tidak saja dalam pelaksanaan, tetapi juga merencanakan dan menyusun kegiatan atau proyek.

Sebelum sidang tingkat menteri dilaksanakan, Mentan Indonesia didampingi Dubes Indonesia untuk Korsel Nicholas T. Damme dan Staf Ahli Mentan Bidang Kerjasama Luar Negeri (KLN), Yusni Emilia Harahap, melakukan pertemuan bilateral dengan Mentan Korsel, Jeong Bok Yoo.

Kedua negara sepakat memperkuat kerjasama dalam bidang pertanian melalui pembentukan working group dalam bidang pertanian, dan berusaha secepat mungkin menyelesaikan draft MoU yang sedang disusun bersama.

Dalam pertemuan bilateral ini ikut serta Sekretaris Menko Kesra, Prof. Dr. Indroyono Soesilo, yang merupakan calon Direktur Jenderal (Dirjen) FAO dari Indonesia untuk periode jabatan 2011 - 2014.

Konferensi Regional FAO Asia Pasifik ke 30 berlangsung sejak 27 September di kota Gyeongju, Korea Selatan dibagi dalam dua sesi yaitu Senior Official Meeting (SOM) dengan ketua delegasi Dr. Gatot Irianto Sumardjo, Ka Badan Litbang Kementan, dan Ministerial Meeting (MM) dengan Dr. Suswono, menteri Pertanian sebagai Ketua Delegasi RI dalam pertemuan tersebut.

Presiden Korsel Lee Myung Bak secara resmi membuka pertemuan tingkat menteri dan memberikan kata sambutannya yang menjelaskan secara singkat bagaimana Korsel keluar dari kemiskinan menjadi salah satu negara maju di dunia melalui kerja keras, demikian Erizal Sodikin.
(T.H-ZG/S006/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010