Mogadishu, Somalia (ANTARA) - Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed dianugerahi medali bergengsi Agricola oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) di Roma, Italia, pada Minggu (28/1).

Ahmed diberi penghargaan atas visi, kepemimpinan, dan komitmen pemerintahannya terhadap ketahanan pangan dan nutrisi serta upaya mencapai solusi inovatif dalam swasembada gandum, menurut pernyataan yang dirilis Kantor Perdana Menteri Ethiopia.

Medali Agricola diberikan untuk menghormati para tokoh yang berkomitmen dalam mendukung dan memajukan produksi pangan berkelanjutan, ketahanan pangan dunia, dan kerja sama internasional.

Dalam pernyataan singkat setelah upacara di Roma, Ahmed menyampaikan rasa terima kasihnya kepada FAO atas Medali Agricola itu, yang diberikan atas upaya Ethiopia dalam mencapai ketahanan pangan.

"Fokus pemerintah pada tanaman bernilai tinggi dan industri memberikan hasil yang menjanjikan dan kami berkomitmen pada jalur kedaulatan pangan kami," ujar dia.

Penghargaan ini diberikan ketika negara Tanduk Afrika itu mengalami salah satu kekeringan terburuk dalam beberapa dekade. Ada hampir empat juta warga Ethiopia yang membutuhkan bantuan pangan secara mendesak.
 
Orang-orang Tigray pergi menghindar dari konflik dan mengungsi ke tempat penampungan di Kota Mekelle di Kabupaten Tigray, Ethiopia utara. Mereka mendapatkan bantuan makanan yang didistribusikan Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat USAID) pada 8 Maret 2021. ANTARA/Anadolu/tm


Komisi Manajemen Risiko Bencana Ethiopia mengatakan pada awal bulan ini bahwa situasi di negara itu telah memburuk secara signifikan akibat tingkat kekurangan gizi dan kelangkaan air yang parah, ditambah dengan meningkatnya wabah penyakit.

Lebih dari 860 orang meninggal di Tigray, daerah paling utara di Ethiopia, sejak September 2023 karena kelaparan.

Getachew Reda, kepala sementara pemerintah daerah Tigray, mengatakan situasi pada Desember tahun lalu sebanding dengan bencana kelaparan tahun 1984 di Ethiopia, yang menewaskan jutaan orang.

Dia mengatakan warisan perang destruktif di Tigray yang berakhir pada 2022 dan kelaparan yang disebabkan oleh kekeringan telah menciptakan kombinasi mematikan yang membuat 91 persen warga Tigray berisiko kelaparan.


Sumber: Anadolu

Baca juga: 91 persen penduduk Tigray Ethiopia berisiko kelaparan dan kematian

Baca juga: Pakar: Masuknya Ethiopia ke BRICS dapat genjot pertumbuhan ekonomi


 

Selain kelaparan, 20 juta warga Ethiopia hadapi konflik dan kekeringan

Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2024