Shanghai (ANTARA) - Saham China berakhir lebih dari satu persen lebih rendah pada Rabu setelah dua hari berturut-turut naik, karena euphoria pelonggaran kebijakan Beijing mereda, sementara meningkatnya ketegangan China-AS membebani sentimen.

Indeks saham unggulan CSI300 turun 1,2 persen menjadi 5.083,08, sedangkan indeks Shanghai Composite turun 1,1 persen menjadi 3.528,50.

Saham China Daratan telah naik awal pekan ini, didorong oleh kebijakan mengejutkan bank sentral untuk memangkas rasio cadangan wajib bank (RRR) yang diumumkan Jumat malam. Bank Sentral China (People's Bank of China) mengatakan pada Selasa bahwa langkah tersebut tidak mengubah sikap kebijakan moneter yang hati-hati.

Pemotongan RRR 50 basis poin dan dukungan fiskal, "tidak mungkin cukup untuk membalikkan tren turun pertumbuhan, karena hambatan dari sektor properti yang melambat terlalu kuat untuk diimbangi sepenuhnya," tulis Ting Lu, Kepala Ekonom China Nomura.

Pemerintah AS pada Selasa memperkuat peringatannya kepada bisnis tentang meningkatnya risiko memiliki rantai pasokan dan hubungan investasi ke wilayah Xinjiang China, mengutip kerja paksa dan pelanggaran hak asasi manusia di sana.

"Saya mengamati setiap indikasi bahwa koreksi serius sedang berkembang," kata Bill Witherell, kepala ekonom global di Cumberland Advisors. "Memburuknya hubungan keuangan China-AS tentu bisa memicunya."

Lynda Zhou, manajer dana Fidelity International yang berbasis di Shanghai, mengatakan dia memperkirakan peningkatan volatilitas di pasar saham China daratan, dan juga memperingatkan dampak negatif dari perkiraan pengurangan di AS.

Indeks perbankan CSI 300 turun 1,7 persen ke level terendah dalam enam bulan, karena upaya pemerintah untuk menekan suku bunga pinjaman riil, dan perlambatan pertumbuhan ekonomi mengancam margin pemberi pinjaman.

Sektor energi baru China merosot lebih dari tiga persen karena aksi ambil untung. Pembuat mobil listrik BYD jatuh 7,5 persen.

Saham properti China terus menurun karena Beijing mengisyaratkan akan mempertahankan pengetatan pada sektor tersebut. "Beban berat yang dirasakan di sektor properti bisa diremehkan oleh pasar," kata Lu dari Nomura.

 

Penerjemah: Biqwanto Situmorang
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021