Belfas (ANTARA News) - Bom mobil meledak pada Selasa di luar pusat perbelanjaan di Irlandia Utara, menyebabkan kerusakan besar tetapi tidak ada yang terluka di tengah peningkatan kekerasan yang bertujuan merusakproses perdamaian, kata polisi.

Ledakan terjadi sekitar tengah malam di luar bank di Londonderry dan menyusul serangkaian serangan, yang diduga dilakukan oleh kaum republik --yang mencari cara untuk merusak perdamaian di provinsi Inggris tersebut, sebagaimana dikutip dari AFP.

"Beberapa saat setelah tengah malam, sebuah alat peledak dalam mobil Corsa meledak di luar sebuah bank di belakang kompleks pertokoan DaVinci," kata seorang juru bicara Kepolisian Irlandia Utara.

"Peringatan telah diterima sekitar sejam sebelumnya dan penjagaan telah ditempatkan," jelasnya.

"Awal pemeriksaan menunjukkan tidak ada yang terluka. Kerusakan berat telah terjadi pada kompleks pertokoan dan pada kendaraan," tambahnya.

Evakuasi telah dilaksanakan di sekitar wilayah tersebut dari puluhan rumah dan beberapa wirausaha, kata juru bicara. Ia menambahkan akan ada gangguan lalu lintas di sekitar lokasi pada Selasa pagi.

Ledakan tersebut akan membangkitkan kembali ingatan lama di Londonderry, yang telah menghadapi pertumpahan darah dan penderitaan saat "The Troubles", keresahan sipil selama 30 tahun yang dikenal pada provinsi tersebut.

Ahad Berdarah (Bloody Sunday) merupakan salah satu kejadian Irlandia Utara paling berdarah yang menewaskan 13 orang sipil saat tentara Inggris melepaskan tembakan ke arah pengunjuk rasa pada 1972.

Ledakan pada Selasa terjadi setelah serangkaian serangan beberapa pekan lalu yang ditujukan kepada angkatan bersenjata atau petugas kepolisian.

Sejumlah kelompok republik telah dituduh atas sejumlah serangan bom mobil atau percobaan bom mobil pada Agustus yang ditujukan kepada seorang mayor angkatan bersenjata, seorang wanita polisi dan seorang petugas sipil kepolisian.

Pihak berwenang mengatakan tiga anak selamat dengan hanya menderita luka ringan saat sebuah bom meledak di dalam tong sampah di Lurgan, Distrik Armagh pada Agustus.

Polisi mengatakan serangan tersebut merupakan percobaan pembunuhan atau melukai para petugas.

Meski tidak ada ada korban tewas, pelaku telah menimbulkan rasa takut mengenai kembalinya wilayah itu ke masa gelap seperti "The Troubles".

"The Troubles" adalah kaum republik Katolik, yang menentang kekuasaan Inggris, melawan kaum Protestan, yang lebih memilih dikuasai oleh London, dan menyebabkan sekitar 3.500 orang tewas.

Kekerasan yang berakhir saat kesepakatan perdamaian 1998 tetapi keresahan sporadis tetap terjadi di provinsi tersebut.

Bulan lalu, badan keamanan Inggris menaikkan peringkat ancaman dari terorisme berkaitan dengan Irlandia Utara yang mengusulkan "kemungkinan serangan", menjadi "kemungkinan kuat", kata Menteri Dalam Negeri Theresa May.

Itu merupakan pertama kali pemerintah telah menerbitkan hasil penilaian ancaman disebabkan oleh ekstrimis Irlandia terhadap Inggris, meski ancaman telah diumumkan sejak Agustus 2006.

Secara terpisah, kepala badan keamanan dalam negeri Inggris MI5 Jonathan Evans, mengingatkan baru-baru ini kelompok ekstrimis yang menentang pada proses perdamaian di Belfas dapat meluncurkan serangan baru ke Inggris daratan.
(KR-IFB/A024)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010