Wina (ANTARA News) - Wartawan yang tewas di Irak selama tahun ini lebih banyak dari jumlah 2009, kata pengamat pers IPI Selasa, dalam pernyataan yang dikutip AFP.

Tahrim Kadhim Jawad, seorang kamerawan untuk saluran satelit al-Hurra, Senin tewas ketika bom  magnetik yang dilekatkan pada mobilnya meledak di kota Garma, 50 kilometer di barat ibu kota, kata polisi dekat Fallujah.

"Jawad adalah wartawan kelima yang dibunuh di Irak dalam tahun ini, dan wartawan ketiga yang tewas di sana dalam tempo kurang dari sebulan," kata Lembaga Pers Internasional (IPI) yang bermarkas di Wina.

Sembilan orang lainnya tewas dalam kekerasan yang merajalela di negara itu pada hari yang sama.

Pada 2009, empat wartawan dibunuh di Irak, dibanding 14 pada tahun sebelumnya dan 42 wartawan pada 2007, kata IPI.

"Sementara itu, jumlah itu kini tampak makin mendekati angka tertinggi selama perang, dan Irak hendaknya tak diperbolehkan untuk mundur ke belakang," kata manajer Kebebasan Pers IPI, Anthony Mills.

"Sebaliknya, pihak yang berwenang harus menjamin bahwa para pembunuh wartawan harus diseret ke pengadilan. Jika kebudayaan kebal-hukum diizinkan untuk melanjutkan hal itu, maka mungkin selanjutnya akan makin banyak pembunuhan terhadap wartawan," katanya menambahkan.

Sejauh tahun ini, Irak adalah negara keempat dalam catatan negara paling banyak wartawan tewas di dunia, setelah Meksiko, Honduras dan Pakistan, kata IPI.

Antara 2003, ketika tentara yang dipimpin Amerika Serikat menyerbu Irak, sampai 2008, 167 wartawan tewas di negara itu, menurut catatan IPI.

Total 273 warga Irak tewas akibat aksi kekerasan selama September, suatu jumlah terendah sejak Januari, menurut data pemerintah yang disiarkan Jumat.

Secara keseluruhan jumlah korban tewas per bulan, jumlah itu adalah terendah di Irak sejak Januari, ketika 196 orang tewas dalam aksi kekerasan, dan berarti turun 35 persen dari Agustus, pada saat 436 meninggal.

Tajamnya penurunan serangan-serangan yang terjadi setelah Juli-Agustus, mencatat nomor dua jumlah kematian tertinggi per bulan sejak 2008, tak lama setelah perang brutal antar-kelompok di seluruh negeri yang menewaskan puluhan ribu orang.

AS mengumumkan secara resmi mengakhiri operasi tempurnya pada 1 September, meskipun tentara Amerika masih menembakkan senjata mereka dengan alasan untuk mempertahankan diri dan melakukan operasi kontra-teroris bersama dengan Irak, sekutu mereka.
(H-AK/S004)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010