Palu (ANTARA News) - PT Jamsostek dalam satu atau dua pekan ke depan akan merealisasikan pembayaran santunan kepada para korban tewas dalam musibah tanah longsor di Dusun Bungini, Desa Bunta, Kabupaten Morowali, sekitar 450 km tenggara Kota Palu, Sulawesi Tengah, 12 Oktober 2010.

"Semua korban tewas akan mendapatkan santunan kematian. Kami tinggal menunggu pihak perusahaan melengkapi berkas-berkas yang diperlukan. Semakin cepat perusahaan menyelesaikan berkasnya, semakin cepat pula santunan dibayarkan," ujar Agusdiansyah, Kepala Cabang PT. Jamsostek Palu yang dihubungi, Senin.

Namun, kata Agus, pihaknya belum memastikan berapa besar santunan yang akan diterima karena Jamsostek dan perusahaan sedang mengkaji apakah para korban tewas dikategorikan mengalami musibah saat sedang bekerja atau di luar jam kerja.

"Masalahnya kan saat peristiwa terjadi, para korban sedang beristirahat makan siang, tidak sedang bekerja," ujarnya.

Menurut dia, kalau nantinya mereka dikategorikan kecelakaan saat jam kerja maka mereka akan mendapatkan santunan kematian masing-masing 48 kali upah bulanan mereka, namun bila kecelakaan di luar jam kerja mereka hanya memperoleh Rp16,8 juta.

Sedangkan santunan untuk para korban luka-luka, Agusdiasyah mengatakan, masih menunggu keputusan apakah mereka dikategorikan kecelakaan saat jam kerja atau di luar jam kerja.

"Yang jelas seluruh karyawan perusahaan yang tertimpa musibah itu sudah dipertanggungkan ke Jamsostek. Tim kami baru kembali dari sana untuk melakukan penelitian," ujar Agus dan mengatakan bahwa PT. Agro Nusa Abadi, anak perusahaan Astra Group yang mempekerjakan mereka merupakan peserta Jamsostek yang aktif dan berkinerja bagus.

Musibah longsor ini merenggut 12 korban tewas, satu hilang dan melukai 18 orang lainnya. Semuanya adalah karyawan T. ANA.

Bupati Morowali Anwar hafid yang dihubungi terpisah menyebutkan, Astra Gorup melalui beberapa anak perusahaannya sedang mengembangkan perkebunan sawit di Kabupaten Morowali dengan cadangan lahan puluhan ribu hektare, namun yang sudah direalisasi (ditanami) mencapai sekitar 8.000 hektare.

Perusahaan ini membutuhkan material galian C berupa pasir-batu-kerikil (sirtukil) dalam jumlah cukup besar untuk membangun jalan dan komplex perumahan serta sarana dan prasarana perusahaan lainnya di lokasi-lokasi perkebunan yang sedAng dibuka baik di Mori Atas, Lembo, Petania dan Bungku.
(ANT/B010)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010