Padang (ANTARA News) - Koordinator demo Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Padang, Sumatra Barat Febri Yaldi meminta kinerja kabinet Indonesia bersatu Jilid II pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono selama setahun ini dievaluasi.

Hal ini dikatakan oleh Koordinator demo PMII Febri Yaldi, ketika unjuk rasa di gedung DPRD Sumbar sehubungan satu tahun kinerja pemerintahan Susilo Bambang YudhoyonoS-Boediono, Rabu.

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) adalah gabungan dari berbagai elemen mahasiswa yang ada di Kota Padang, yakni IAIN Imam Bonjol, UNP, serta STKIP PGRI

"Kami meminta untuk melakukan evaluasi kinerja kabinet pemerintahan SBY-Boediono," kata Koordinator demo PMII, Febri Yaldi, ketika orasi

Menurutnya, sudah sepantas Presiden Susilo Bambang Yudoyono, untuk melakukan evalausi terhadap kinerja kabinet Indonesia bersatu jilid II.

"Satu tahun pemerintahan SBY-Boediono, harus banyak melakukan perbaikan-perbaikan di berbagai bidang," katanya.

Dia menambahkan, pembenahan semua sektor terhadap kinerja kabinet Indonesia bersatu harus dilakukan demi terwujudnya pemeritahan bersih dan berwibawa.

Khusus di bidang hukum, PMII meminta agar secepatnya menyelesaikan beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti kasus Bank Century yang hingga kini belum ada kejelasan.

"Masyarakat ingin tahu bagaimana penyelesaian hukum kasus yang belum terselesaikan oleh penegak hukum," kata Febri Yaldi.

Hal senada juga dikatakan oleh Alfian Sukri, Koordinator Lapangan BEM Fakultas Hukum Unand, di Padang.

Ia mengatakan, hukum masih terkesan diskriminatif yang dilakukan penegak hukum.

"Dimana para penegak hukum hanya bisa `galak` menyikapi kasus kecil, tapi `lembek` menghadapi kasus besar," katanya.

Korupsi yang merupakan musuh bangsa juga makin menjadi-jadi, lanjut Alfian Sukri. "Kasus Gayus Tambunan membuka mata kita bahwa para penegak hukum ikut terlibat dalam praktik korupsi yang merugikan negara," katanya.

"Sementara para koruptor kemudian malah mendapat remisi dan bahkan grasi," tambah Alfian Sukri.

Hilangnya wibawa hukum membuat keadaan kehidupan bangsa terasa makin terpuruk. "Bagaimana tidak jika pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi bisa kalah oleh mafia hukum Anggodo Widjojo dalam proses tuntutan di pengadilan," kata Alfian Sukri.

Dia menambahkan, dalam hubungan internasional, dapat dilihat bagaimana tidak berdayanya pemerintah Indonesia menghadapi negara Malaysia.

"Kasus pelanggaran batas yang dilakukan Polisi Diraja Malaysia serta penangkapan terhadap tiga petugas Dinas Kelautan dan Perikanan sungguh melukai rasa nasionalisme bangsa Indonesia," katanya. (ANT-031/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010