Magelang (ANTARA News) - Masyarakat desa terakhir di kawasan barat Gunung Merapi, Kabupaten Magelang sudah melakukan persiapan untuk mengungsi ke tempat yang disediakan pemerintah kabupaten setempat terkait dengan status aktivitas vulkanik gunung itu yang kini di level "awas".

"Saya sudah menata pakaian secukupnya dimasukan ke tas, juga menyiapkan bekal lainnya terutama uang seadanya," kata Slamet Suro Prayitno (60), seorang warga desa terakhir di lereng barat puncak Merapi di Dusun Gemer, Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, di Magelang, Senin.

Ia mengatakan, sudah mendapat pemberitahuan dari aparat pemerintah setempat mengenai lokasi pengungsian warga dusun itu yakni di Lapangan Dukun.

Tetapi, katanya, hingga saat ini dirinya belum tahu kapan akan bersama warga setempat lainnya mengungsi.

"Belum tahu, masih menunggu pemberitahuan lebih lanjut," katanya.

Saat pertemuan warga dengan kepala dusun setempat pada Minggu (24/10) malam, katanya, sudah ada informasi terkait persiapan pengungsian tersebut.

Seorang warga setempat lainnya, Longgar, mengaku, isterinya sejak beberapa waktu lalu telah mengemas berbagai barang untuk keperluan mengungsi setiap saat.

"Isteri saya sudah beberapa hari lalu mengemasi pakaian dan surat-surat penting, untuk bersiap mengungsi setiap saat," katanya.

Kepala Desa Ngargomulyo, Yatin, mengaku, berkeliling ke berbagai dusun untuk mengecek situasi kehidupan warganya setelah dirinya mendapat kabar dari pemkab setempat terkait dengan kenaikan status Merapi dari "siaga" ke "awas".

"Saya mengecek ke dusun-dusun untuk mengetahui situasi masyarakat kami," katanya.

Sejak status "Siaga Merapi", katanya, pihak pemerintah desa setempat telah meminta warga untuk menyiapkan berbagai keperluan untuk mengungsi setiap saat.

"Umumnya memang sudah menyiapkan diri mengungsi, tinggal menunggu perintah jika situasi Merapi semakin kritis," katanya.

Total jumlah warga desa setempat sebanyak 2.450 jiwa atau 780 kepala keluarga, tersebar di 11 dusun.

Mereka yang prioritas harus mengungsi jika Merapi meletus sebanyak 689 jiwa antara lain para jompo, perempuan, anak-anak, ibu hamil, ibu pascamelahirkan, orang cacat, dan sakit.

"Mereka telah disiapkan mengungsi ke tempat pengungsian di Lapangan Dukun dan Kadipuro," katanya.

Badan Geologi Kementerian ESDM yang berkantor di Bandung telah mengumumkan bahwa pada 25 Oktober 2010 mulai pukul 06.00 WIB status Merapi naik dari "siaga" menjadi "awas".

Status "Awas merapi" sebagai level tertinggi atas aktivitas vukanik gunung berapi di perbatasan Jateng -DIY itu. Status Merapi meliputi "aktif normal", "waspada", "siaga", dan "awas".

Fase erupsi Merapi terakhir pada pertengahan 2006 antara lain ditandai dengan semburan awan panas, luncuran lava pijar, dan hujan abu secara intensif. 

Sejumlah mobil ambulans dan truk antara lain bersiaga di depan Kantor Kecamatan Dukun dan Balai Desa Ngargomulyo.

Sejumlah pekerja terlihat menambal jalan aspal yang berlubang di depan kantor kecamatan setempat, sedangkan sejumlah truk pengangkut pasir masih hilir mudik di jalur Dukun hingga Muntilan.

Sebagian masyarakat di Dusun Gemer masih beraktivitas seperti hari biasa antara lain mengolah lahan sawah dan ladangnya, mencari rumput untuk ternak, dan kayu bakar.

Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik, Perlindungan Masyarakat, dan Penanggulangan Bencana Alam Pemkab Magelang, Eko Triyono, mengatakan, tahap pertama pengungsian sebanyak 2.260 warga Merapi berasal dari Dusun Sumberejo, Kaliurang Utara, Kaliurang Selatan, Cepagan, (Desa Kaliurang), Dusun Jamburejo, dan Dusun Kemiren (Desa kemiren).

Warga Dusun Kaliurang, katanya, akan diungsikan ke Tempat Pengungsian Terakhir (TPA) Desa Tanjung, Kecamatan Muntilan. Sedangkan warga Desa Kemiren diungsikan ke TPA Desa Jeruk Agung, Kecamatan Srumbung.

"Saat ini (25/10) baru pengungsian tahap pertama, tahap berikutnya menunggu perkembangan," katanya.

Pemkab Magelang sudah menyiapkan berbagai kebutuhan pengungsian warga Merapi di berbagai tempat katanya.
(ANT/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010