Bandarlampung (ANTARA News) - Kalangan pendidik dan siswa dari sejumlah SMA dan Madrasah Aliyah di Bandarlampung meminta Dinas Pendidikan setempat mempertimbangkan untuk memasukkan pendidikan reproduksi menjadi bagian dari kurikulum sekolah.

"Pendidikan reproduksi itu penting karena dapat menjadi filter dan penyaring bagi siswa di tengah liberalisasi informasi pornografi yang semakin menakutkan saat ini," kata Kepala Sekolah SMA BPK Penabur Bandarlampung, Yeni Sarwono, di Bandarlampung, Rabu.

Menurut dia, maraknya fenomena seks bebas di kalangan remaja saat ini dipicu oleh para siswa yang memasuki masa pubertas tersebut kekurangan sarana informasi yang benar tentang seksualitas.

Dia menyatakan hal itu dalam "Public hearing tentang kesehatan reproduksi remaja" yang diadakan oleh Sentra Kawula Muda (Skala) Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Lampung, Rabu.

Dalam acara yang dihadiri oleh guru dan siswa SMA dan MA di kota Bandarlampung itu, sejumlah siswa juga menyatakan kesetujuan mereka tentang perlunya pendidikan reproduksi bagi kalangan remaja.

"Pendidikan reproduksi itu berbeda dengan pendidikan sex, kita tidak diajarkan tentang cara melakukan seks, namun bagaimana caranya agar tidak terjerumus dalam pergaulan seks bebas," kata salah seorang siswa dari SMA 5 Bandarlampung, M Dasrun Wathon, dalam acara tersebut.

Menurut dia, kondisi psikologis remaja yang selalu ingin tahu, mengalami kebingungan saat hendak menanyakan tentang seputar organ reproduksi seksual.

"Apabila dijadikan bagian kurikulum, akan ditemukan pola komunikasi yang lebih sehat dan benar tentang organ reproduksi," kata dia.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Kepala MA Pondok Pesantren Al Hikmah Bandarlampung, Azis Syamsudin, terbatasnya tempat konsultasi yang benar, ramah, dan sehat tentang seputar organ reproduksi menjadi penyebab terjadinya dekadensi moral saat ini.

Dia menambahkan, hal itu semakin diperparah dengan adanya liberalisasi informasi dari berbagai media.

Dia berharap, instansi terkait dapat aktif dalam menindaklanjuti wacana tersebut, mengingat sebagian besar sekolah di Bandarlampung sudah merasakan manfaat dari adanya pendidikan reproduksi.

Saat ini, baru satu LSM yang konsern melakukan kegiatan tersebut di sekolah-sekolah, yaitu PKBI Lampung.

Pendidikan organ reproduksi saat ini giat dilakukan PKBI Lampung di 21 SMU dan tujuh pondok pesantren di daerah itu.

Program itu dilakukan setiap satu pekan dengan durasi pertemuan selama satu jam, berisikan ceramah dan tutorial mengenai organ reproduksi oleh aktivis PKBI, maupun guru setempat yang telah dilatih sebelumnya.

PKBI adalah Lembaga Swadaya Masyarakat yang menangani program keluarga berencana, dengan fokus kampanye dan klinik yang bertujuan untuk meminimalkan kematian ibu dan bayi.

LSM tersebut membuka cabang di Lampung dan telah melakukan pendidikan kesehatan reproduksi di 21 SMA dan tujuh pondok pesantren di daerah itu. (ANT-046/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010