Umm Al-Fahm, Israel (ANTARA News) - Polisi Israel dan warga Arab terlibat bentrokan di Israel utara, Rabu setelah kelompok sayap kanan ekstrim Israel berusaha bergerak melalui kota Umm al Fahm Israel yang dihuni warga Arab.

Ratusan polisi menembakkan gas air mata dan granat untuk membubarkan para pemuda Arab yang marah dengan membakar ban-ban dan melemparkan batu-batu dalam protes menjelang unjuk rasa kelompok garis keras Israel di kota mereka.

Ketegangan meningkat ketika sekitar 20 pengunjuk rasa Israel turun ke jalan untuk melakukan protes menyerukan pelarangan terhadap sayap radikal Gerakan Islam Israel, yang dipimpin ulama Sheikh Raed Salah.

"Bunuh para teroris!" teriak mereka sambil mengacungkan spanduk bertuliskan " "Tetapkan Gerakan Islam itu ilegal," "Bunuh Raed Salah," walaupun mereka dihalangi bergerak oleh polisi yang mengepung mereka dengan tiga kendaraan, kata seorang koresponden di lokasi itu.

Polisi mengatakan mereka menahan 10 warga Arab Israel karena melemparkan batu, dan paling tidak seorang cedera-- kata anggota parlemen kota itu , Afu Agbaria, yang dibawa ke rumah sakit setelah kaleng gas air mata menghantam kakinya, kata seorang koresponden AFP.

Unjuk rasa yang kontroversial itu hampir bertepatan dengan ulang tahun ke-20 pembunuhan Rabbi Meir Kahane, seorang ekstremis sayap kanan yang secara rutin menyebut warga Arab sebagai "anjing-anjing" dan menyerukan pengusiran mereka dari Israel.

"Gerakan Islam itu adalah bagian dari jihad Islam Internasional," kata anggota parlemen Michael Ben Ari, yang menuduh organisasi itu memiliki hubungan dengan kelompok Hamas Palestina dan Jihad Islam.

Menjelang aksi itu, para pejabat kota Arab dan puluhan pemrotes tandingan mengibarkan bendera-bendera Palestina di kota itu, kata korespoden AFP , sementara polisi dikerahkan untuk mencegah terjadinya bentrokan.

"Palestina Merdeka" teriak penduduk ketika mereka mengacung-acungkan bendera-bendera Palestina di atas atas atap rumah-rumah mereka. "Dengan darah kami, dengan jiwa kami, kami berkorban untuk Anda, Palestina!"

Juru bicara polisi Mickey Rosenfeld mengatakan ratusan polisi, termasuk satuan-satuan tidak berseragam dikerahkan di dan sekitar kota itu mencegah terjadinya bentrokan.

"Kami telah mengerahkan dalam jumlah besar di sekitar kota Umm al Fahm dan mengerahkan satuan-satuan khusus untuk menjaga ketenangan dalam unjuk rasa oleh para aktivis Yahudi itu," katanya kepada AFP menjelaskan unjuk rasa yang kontroversial itu disetujui oleh Mahkamah Agung Israel.

Agbaria, seorang anggota parlemen dari partai Hadash yang berhaluan komunis, mengatakan aksi itu adalah "provokasi terhadap penduduk Umm Al Fahm dan minoritas Arab".

"Mereka menyerang legitimasi kehadiran warga Arab di negara itu berkoordinasi dengan kelompok garis keras sayap kanan di pemerintah itu," katanya.

"Kami tidak akan mengizinkan mereka memasuki Umm al Fahm. Jika mereka lewat, mereka akan melangkahi mayat-mayat kami," kata Ahmad Buwerat, 75 tahun menjelang unjuk rasa itu.

"Kami selalu didatangi warga Yahudi di sini setiap hari untuk berbelanja di pasar dan minum kopi, dan mereka disambut," katanya. "Tetapi para pengunjuk rasa ini adalah fasis, rasis dan Nazis."

Kahane, seorang rabbi dan pemimpin politik kelahiran Amerika Serikat ditembak mati oleh seorang pria Ara yang bersenjata di Manhattan November 1999, dan gerakan Kach yang dipimpinnya dilarang oleh Israel tahun 1994 karena menghasut rasisme.

Akan ettapi para pemimpin politik Arab Israel khawatir, bahwa gagasan-gagasan kontroversialnya memperioleh angin baru di bawah pemerintah koalisi sayap kanan.

Awal bulan ini Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memberikan dukungannya bagi satu rancangan undang-undang yang akan menetapkan bawwa semua warga negara baru harus bersumpah setia kepada Israel sebagai sebuah negara "Yahudi dan demokratik."

Warga Arab , yang merupakan 20 persen dari penduduk kota itu menyebut rancangan undang-undang itu rasis dan mengatakan tujuannya adalah untuk menghapuskan kehadiran mereka.

Sekitar 1,3 juta warga Arab Israel adalah warga Palestina yang tetap tinggal di negara itu setelah terbentuknya negara Yahudi itu tahun 1948, bersama dengan keturunan mereka.
(H-RN/M043)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010