Surabaya (ANTARA News) - Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik, Sofyano Zakaria, menilai rencana perusahaan minyak dan gas bumi PT Pertamina mengakuisisi saham Medco Energy Int Tbk telah mempertaruhkan citra positif Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

"Bila tujuan akuisisi untuk meningkatkan produksi minyak Pertamina, maka lebih tepat ia membeli ladang minyak," kata Sofyano Zakaria, dihubungi di Jakarta, Minggu.

Menurutnya, dengan mengakuisisi Medco maka Pertamina menanggung kewajiban-kewajiban korporasi Medco, seperti utang pajak kepada pihak ketiga.

"Dengan mengakuisisi saham Medco, Pertamina belum tentu terlibat secara langsung mengendalikan Medco," ujarnya.

Untuk itu, dia meminta Pertamina mengkaji secara tepat pertimbangan Medco menjual sahamnya. Jika medco akan beralih bisnis ke agrobisnis, maka mereka yang ada di belakang Medco berencana fokus ke bidang lain.

"Kalau kondisi itu terjadi ke depan bisa mengancam prospek bisnis Medco," katanya.

Di sisi lain, ungkap dia, sampai sekarang Pertamina mempunyai utang ke pihak ketiga, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

"Apabila pembelian saham dibiayai dari dana pinjaman, maka rencana akuisisi tersebut adalah kebijakan yang sangat tidak tepat," katanya.

Anggota Komisi VII DPR, Satya W. Yudha, menilai pembelian saham Medco hanya akan menguntungkan Pertamina dan Indonesia ketika saham yang dibeli adalah operasi Medco di luar negeri.

"Kalau benar demikian, upaya itu dapat meningkatkan produksi Pertamina secara keseluruhan dan akan berdampak terhadap produksi nasional," katanya.

Namun, bila yang dibeli Medco di Indonesia, maka secara nasional hanya berpindah kantong. Bahkan, tidak mempengaruhi total produksi nasional.

"Hal itu justru menjadikan perusahaan minyak dan gas bumi nasional tidak tumbuh," katanya.(*)

ANT/A027/AR09

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010