Semarang (ANTARA News) - Dinas Pendidikan Jawa Tengah meliburkan kegiatan belajar mengajar di sekolah-sekolah yang berada dalam radius 20 kilometer dari puncak Gunung Merapi atau dalam kawasan rawan bahaya letusan gunung itu.

"Pada awalnya, sekolah yang diliburkan berada di sekitar kawasan rawan bencana III, namun karena aktivitas Merapi cukup tinggi, yang diliburkan diperluas hingga kawasan rawan I dan II," kata Kepala Dinas Pendidikan Jawa Tengah Kunto Nugroho, di Semarang, Senin.

Menurut dia, selain diliburkan karena para siswa banyak yang tinggal di kawasan rawan bencana, banyak pula sekolah yang terpaksa dijadikan tempat pengungsian.

Ia menuturkan, keputusan tersebut didasarkan atas arahan Menteri Pendidikan Nasional dalam menghadapi masa tanggap darurat letusan Merapi ini.

"Kami akan segera sampaikan edaran tentang masalah ini ke tiga daerah yang terkena dampak letusan Merapi," katanya.

Ia menuturkan, hingga saat ini, jumlah siswa yang terpaksa harus dievakuasi dan mengungsi akibat bencana ini masih terus didata.

"Termasuk jumlah sekolah yang digunakan sebagai tempat pengungsian," katanya.

Ia menjelaskan, sebagian besar sekolah di Kabupaten Magelang, Klaten dan Boyolali digunakan sebagai tempat pengungsian.

"Misalnya di Boyolali, hampir seluruh sekolah yang berlokasi di jalan utama digunakan untuk pengungsian," katanya.

Ia menambahkan bahwa dalam bencana ini tidak terdapat korban jiwa yang merupakan siswa sekolah.

Ada pun sekolah yang mengalami kerusakan akibat erupsi Merapi, kata dia, tercatat satu sekolah di Kabupaten Magelang yang ambruk karena diguyur hujan abu vulkanik bercampur air.

"Setelah bencana ini usai, akan segera kami lakukan pendataan dan rehabilitasi terhadap fasilitas sekolah yang mengalami kerusakan," katanya.

(ANT/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010