Cerita pegiat kebaya
Dalam webinar tersebut, para perempuan yang gemar mengenakan kebaya turut berbagi cerita. Seniman dan mantan penyanyi cilik Sari Yok Koeswoyo mengisahkan dirinya mulai mengoleksi kain sejak dua dekade lalu. Bukan kain mahal yang pertama kali dia pakai, tapi kain yang memang ada di rumah. Lebih tepatnya kain yang ada di lemari ayah, Koesroyo Koeswoyo alias Yok Koeswoyo anggota grup band Koes Plus.

"Kalau ke tempat bude saya suka pinjam kain, dipakai untuk kemana-mana," kata Sari.

Kini kebaya dan kain sudah menjadi keseharian Sari. Bukan cuma untuk acara formal seperti resepsi pernikahan atau acara-acara adat, tapi ke tempat-tempat seperti supermarket. Kendati demikian, ada penyesuaian gaya busana bila dirinya pergi untuk urusan santai. Kebaya digantikan dengan kaos yang nyaman, tapi bawahannya tetap kain.

Baca juga: Kebaya dapat jadi alat pemersatu perempuan

"Kadang pakai sarung dan tank top dan sandal jepit saja kalau ke supermarket atau arisan sama teman," ujarnya.

Sari merasa dirinya berubah drastis saat mengenakan tampilan lengkap kain beserta kebaya. Sebagai orang yang mengaku slengean dan apa adanya, pembawaannya otomatis berubah menjadi elegan setelah berkebaya lengkap dengan selop tinggi dan cepol.

"Kalau jalan, serasa ratu saja," dia berseloroh.

Menurut Sari, busana tradisional Indonesia memberi aura berbeda terhadap pemakainya karena tampilannya berubah jadi elegan dan menarik. Dia mengenang mendiang nenek yang selalu memakai kebaya dan kain hingga akhir hayat. Walau warna dan motif kebaya dan kain bawahannya kerap terkesan saling tabrak, tapi Sari mengakui secara keseluruhan padanan itu selalu terlihat menarik dan cantik.

Satu hal lagi yang dia kemukakan soal kebaya, tidak ada body shaming untuk si pemakai apa pun tipe tubuhnya. Kurus atau gemuk, semua terlihat anggun dan menawan saat dibalut kebaya.

Baca juga: Mantan kekasih Denny Sumargo ini lelang kebaya pertunangannya

"Yang kurus keren, yang agak molek kelihatan makin mantap. Kebaya itu 'jimat'nya perempuan Indonesia. Kalau mau kelihatan cakep, megah, pakai kebaya," dia berpromosi.

Aktris dan penari Nungki Kusumastuti mengakui dirinya sering mengenakan kebaya meski tidak setiap hari. Orang yang menginspirasinya untuk berkebaya tak lain dan tak bukan adalah ibunya sendiri.

"Ibu kalau berkebaya cantik luar biasa," kata Nungki, menambahkan kala itu dirinya masih kanak-kanak.

Cerminan elegan sang ibu di matanya membuat Nungki ingin mencontoh gaya busana ibunya.

Penari Gana Steggman yang bermukim di Jerman berkenalan dengan kebaya sejak kecil karena profesi orangtuanya yang berkecimpung di dunia seni. Sang ayah adalah dalang, ibunya sinden, dan Gana dikenalkan ke dunia tari sejak usia lima tahun.

"Dari umur lima tahun saya sudah pakai kebaya, jadi sampai sekarang sudah 40 tahun pakai kebaya," kata penari yang sudah menampilkan kepiawaiannya di 12 negara.

Ketika tampil di berbagai negara, Gana memanfaatkannya untuk mempromosikan Indonesia lewat kebaya yang dia pakai.

"Pakai kebaya di luar negeri beda banget, rasa ke-Indonesia-an terasa besar di hati," ujarnya.

Profesor Agnesia Endang Tri Hastuti Wahyuni dari Fakultas Kedokteran Hewan UGM juga dikenal sebagai pencinta kebaya.

Pengalamannya menggunakan kebaya saat kecil untuk acara formal menumbuhkan ketertarikan dan rasa cinta terhadap busana khas Indonesia. Dalam berbagai kesempatan, formal maupun informal, dia rajin menggunakan kebaya yang jenisnya bervariasi. Penampilannya dipercantik dengan rambut dicepol lengkap dengan hiasan bunga.

"Berkebaya itu tidak merepotkan, justru menyenangkan, kita bisa mengekspresikan apa keinginan kita," ujar Wahyuni.

Upaya kaum Hawa Indonesia di dalam dan luar negeri yang senantiasa semangat menjadi pegiat kebaya niscaya bakal menjaga kejayaan busana tradisional ini, sehingga kecantikan kebaya bisa menjadi bagian dari masa depan kelak, bukan cuma tersimpan dalam foto-foto arsip masa lampau.


Baca juga: Kata Didiet Maulana soal padu-padan kebaya dengan sentuhan modern

Baca juga: Puan Maharani kenakan kebaya jingga dalam sidang tahunan MPR

Baca juga: Baju Sadariah, pakaian adat Betawi untuk kaum Adam

Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021