Jakarta (ANTARA) - Pandemi COVID-19 menyadarkan bangsa akan kekurangan-kekurangan yang perlu segera diperbaiki demi kemaslahatan bersama. Termasuk di dalamnya soal ketergantungan Indonesia terhadap obat dan alat kesehatan impor.

"Kemandirian industri obat, vaksin, dan alat-alat kesehatan masih menjadi kelemahan serius yang harus kita pecahkan," kata Presiden Joko Widodo saat berpidato pada Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI Tahun 2021 di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Senin.

Tetapi, Presiden menegaskan pandemi telah mempercepat pengembangan industri farmasi dalam negeri, termasuk pengembangan vaksin Merah Putih, dan juga oksigen untuk kesehatan. Ketersediaan dan keterjangkauan harga obat akan terus pemerintah jamin, dan tidak ada toleransi sedikit pun terhadap siapapun yang mempermainkan misi kemanusiaan dan kebangsaan.

Pandemi, kata Presiden Jokowi, telah mengajarkan untuk mencari titik keseimbangan antara gas dan rem, keseimbangan antara kepentingan kesehatan dan perekonomian. Dalam mengambil keputusan, pemerintah harus terus merujuk kepada data, serta kepada ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru.

Ia juga menyebutkan dalam pidatonya bahwa konsolidasi kekuatan riset nasional terus diupayakan, agar sejalan dengan agenda pembangunan nasional. Sinergi dunia pendidikan dengan industri pengembangan kewirausahaan terus dipercepat melalui Program Merdeka Belajar.

Hal itu, kata Presiden, diharapkan mengakselerasi kualitas sumber daya manusia nasional, dan sekaligus meningkatkan daya saing industri dan produk dalam negeri.

Kendala pengembangan vaksin

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan pengembangan vaksin Merah Putih terkendala ketersediaan fasilitas Animal Biosafety Level 3 (BSL-3) dan good manufacturing practice (GMP).

"Semua masih menghadapi kendala uji praklinis terkait dengan ketersediaan animal-BSL-3 dan fasilitas GMP untuk produksi terbatas bagi setiap platform," kata Handoko saat dihubungi ANTARA.

Handoko menuturkan saat ini pengembangan vaksin Merah Putih yang progresnya paling cepat adalah buatan tim Universitas Airlangga dengan PT Biotis, dan tim Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dengan PT Bio Farma.

Untuk mendukung pengembangan vaksin Merah Putih dengan mengatasi masalah ketersediaan fasilitas animal-BSL-3 dan GMP, saat ini BRIN sedang membangun fasilitas GMP untuk produksi terbatas kandidat vaksin berbagai platform untuk kebutuhan uji praklinis dan uji klinis.

Selain itu, juga sedang diproses pembangunan animal-BSL-3 untuk primata dengan jumlah cukup besar untuk sarana pembuktian keamanan dan khasiat kandidat vaksin dan berbagai obat yang dikembangkan. BRIN berharap dua fasilitas tersebut bisa hadir sebelum kuartal 1 2022 meski pembangunannya memang harus dikebut.

Tetapi sambil menunggu keberadaan fasilitas itu, khususnya pengembangan lanjutan untuk bibit vaksin yang dikembangkan Universitas Airlangga akan memanfaatkan fasilitas yang ada meski kecil di PT Biotis untuk uji praklinis primata.

"Kita harus sabar karena pengembangan vaksin banyak tahapannya, dan di setiap tahapan ada risiko kegagalan. Ditambah belum ada tim yang berpengalaman mengembangkan dari awal di Indonesia. Saya berharap salah satu ada yang bisa sukses," ujar Handoko.

Kepala BRIN menuturkan dari evaluasi sejak bulan Juni ada beberapa masalah fundamental. Itu dikarenakan pengembangan vaksin dari nol baru dilakukan di Indonesia yakni pada vaksin Merah Putih sehingga memang belum berpengalaman baik periset maupun farmasi.

"Ini menjadi pekerjaan rumah bagi BRIN untuk menyiapkan segala hal, khususnya dari pembelajaran pandemi ini. Kita mendapat banyak pelajaran berharga dari pandemi ini, dan BRIN harus memperbaikinya agar ke depan negara kita lebih siap," ujar dia.

Namun, secara global pengembangan vaksin memang tidak mudah. Sampai saat ini vaksin yang sudah beredar juga baru sedikit, hanya dari beberapa negara. Oleh sebab itu, BRIN juga melakukan pendekatan ke berbagai pihak di luar negeri untuk kolaborasi lintas negara untuk percepatan.

Baca juga: Presiden: Penyelesaian pribadi bukan solusi saat pandemi COVID-19
Baca juga: Epidemiolog minta pemerintah samakan persepsi COVID-19 setiap daerah


Vaksin Eijkman

Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio mengatakan vaksin Merah Putih, vaksin COVID-19 yang dikembangkan di dalam negeri, diharapkan bisa mulai digunakan pada pertengahan tahun 2022.

Kita mengharapkan bahwa vaksin merah-putih sudah bisa mulai diberikan di pertengahan tahun 2022 karena sekarang masih dalam berbagai proses," kata Amin menjelaskan perkembangan pembuatan vaksin Merah Putih yang dikembangkan LBM Eijkman saat dihubungi ANTARA.

Amin mengatakan bahwa pengembangan vaksin Merah Putih merupakan bagian dari upaya untuk mewujudkan kemandirian dalam memenuhi kebutuhan vaksin COVID-19. Indonesia untuk pertama kalinya membuat vaksin dari nol, sehingga prosesnya tidak secepat perusahaan-perusahaan vaksin besar yang sudah sejak lama membuat dan memproduksi vaksin.

"Memang kita mengantisipasi sekitar 18 bulan sampai 24 bulan lah untuk membuat vaksin itu sendiri. Tidak bisa secepat perusahaan-perusahaan vaksin yang besar yang memang sudah mulai sejak lama," katanya.

Amin mengatakan, menurut perhitungan proses pengembangan vaksin tersebut sampai bisa digunakan membutuhkan waktu sekitar dua tahun. Saat ini, 90 persen kegiatan penelitian dan pengembangan bibit vaksin tersebut sudah diselesaikan.

"Saat ini kita sedang masuk di proses peralihan. Dari sejak Januari lalu kami sudah bekerja sama dengan Bio Farma untuk melakukan scaling up, optimasi, dan meningkatkan yield atau produktivitasnya," kata Amin.

Amin mengatakan bahwa selanjutnya vaksin Merah Putih tersebut juga harus melewati proses pengujian untuk mengetahui tingkat keamanan dan kemanjuran maupun kehalalan.

Seperti kata Presiden Jokowi dalam pidatonya bahwa krisis, resesi, dan pandemi itu seperti api. Kalau bisa dihindari, tetapi jika hal itu tetap terjadi, banyak hal yang bisa dipelajari.

Bagi para peneliti, ilmuwan, akademisi, industri farmasi di dalam negeri, ada berkah dari momen pandemi COVID-19, saat karpet merah digelar untuk hasil riset dan pengembangan mereka. Dukungan seluruh masyarakat tentu perlu ada, hingga vaksin dan obat anak negeri berjaya di negeri sendiri.

Baca juga: MPR ajak masyarakat membangun kekuatan dukung kebijakan pemerintah
Baca juga: Presiden minta jajaran segera habiskan stok vaksin


Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021