Solo (ANTARA News) - Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat melakukan ritual jamasan berupa pembersihan meriam yang bernama "Nyai Setomi" menyambut Idul Adha 1431 H, Senin.

Upacara jamasan digelar secara khidmat selama dua jam di Siti Hinggil Utara Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Kota Solo, Jawa Tengah.

"Nyai Setomi" dibersihkan oleh sejumlah abdi dalem yang dipimpin oleh Gusti Pangeran Haryo (GPH) Puger, salah satu putera Paku Buwono (PB) XII.

"Jamasan meriam ini merupakan ritual tahunan yang dilakukan sebanyak tiga kali dalam setahun," kata Puger.

Selain membersihkan meriam, pada prosesi itu para abdi dalem juga membersihkan kawasan pendapa di Siti Hinggil.

Sembari membersihkan meriam dan pendapa, para peserta jamasan terlihat memanjatkan doa kepada Tuhan agar bangsa Indonesia selalu diberi kesejahteraan.

Proses memandikan "Nyai Setomi", katanya, terdiri atas beberapa langkah, yaitu menyiram senjata pusaka tersebut dengan air sumur dari keraton dan air asam. Stelah itu pusaka disiram dengan air yang sudah dicampuri sampo lalu dibilas dan dikeringkan.

Air sumur sisa jamasan diperebutkan oleh sebagian masyarakat dengan mengisikan di botol, lalu mereka bawa pulang untuk mandi anggota keluarga.

Ia menjelaskan, masyarakat hingga saat ini masih mendambakan meriam sebagai simbol kekuatan Tuhan.

Senjata itu, katanya, sebagai simbol kekuatan pelindung masyarakat Surakarta.

Dia mengatakan, ritual jamasan itu sebagai bagian syiar Islam yang dilakukan pada masa Kerajaan Mataram dipimpin oleh Sultan Agung.

Upacara jamasan pusaka dan membersihkan pendapa itu, katanya, juga sebagai simbol membersihkan area untuk merayakan Idul Adha, agar kembali suci.

"Ritual ini tidak semata hanya sebatas kepercayaan adat tetapi memiliki landasan keagamaan Islam," katanya.

Ia mengatakan, "Nyai Setomi" didoakan agar senjata pusaka tersebut dapat difungsikan pada waktu yang tepat.

Meriam tersebut pada zaman Sultan Agung untuk senjata menyerang pemerintah kolonial Belanda di Batavia.

Warga keraton setempat memberi nama senjata tersebut "Nyai Setomi" dengan pasangannya bernama "Kyai Setomo" yang hingga saat ini disimpan di salah satu museum di Jakarta.
(ANT-201/M029)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010