Yogyakarta (ANTARA News) - Pascaletusan Gunung Merapi potensi kerugian atau `potential loss` di sejumlah sektor kehidupan masyarakat menyebar hingga mempengaruhi secara signifikan baik di kawasan bencana maupun di kota Yogyakarta.

"Potensi kerugian akibat letusan Gunung Merapi 2010 ini sangat mempengaruhi sejumlah sektor kehidupan yang amat penting bagi kehidupan masyarakat di antaranya kesehatan, pertanian, transportasi, dan sektor perbankan," kata Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Yogyakarta, Lincolin Arsyad, Kamis.

Ia mengatakan dari sektor kesehatan, dampak letusan Merapi yang mengeluarkan abu vulkanik mencemari udara khususnya di Kabupaten Sleman, yakni kandungan Total Suspended Particles (TSP) telah melebihi kualiatas normal yakni mencapai tiga kali lipat dari baku mutu TSP.

"Abu vulkanik tersebut selain mengandung silika micron juga mengandung sulfur dan metan yang sangat berbahaya terhadap kesehatan," katanya.

Dampak letusan Gunung Merapi juga merugikan sektor pertanian di kawasan bencana Merapi yakni sejumlah sektor pertanian di kawasan tersebut diperkirakan mengalami kerugian materil yang cukup besar, baik langsung maupun tidak langsung, kata Lincolin.

"Kerugian pada sektor pertanian yakni pada sub sektor tanaman hortikultura semusim, perkebunan salak, perikanan dan peternakan terganggu total dengan prakiraan kerugian mencapai sekitar Rp247 miliar, terutama pada salak pondoh yang rugi sekitar Rp200 miliar," katanya.

Hal yang sama juga dialami pada sektor transportasi, terutama pada transportasi udara pascaletusan Merapi, Bandara Adisucipto ditutup hingga tanggal 20 November 2010 mendatang.

"Penutupan bandara tersebut menyebabkan jumlah penerbangan dan jumlah penumpang pesawat turun. Ada 23 penerbangan domestik dan tiga penerbangan internasional per hari terhenti. Kondisi serupa juga terjadi pada transportasi darat, juga terkena imbasnya akibat jumlah kunjungan wisatawan menurun," katanya.

Menurutnya dampak letusan Merapi ini juga merugikan di sektor perekonomian lainnya yakni pada perhotelan di Yogyakarta, yang disebabkan karena kunjugan wisatawan berkurang ataupu sebagian menunda kunjungan .

"Ujung-ujungnya juga berpengaruh terhadap penurunan pejualan produk kerajinan, usaha kuliner dan transportasi," katanya.(*)
(ANT-161/H008/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010