Sanaa (ANTARA News/Reuters) - Orang-orang suku bersenjata membebaskan kepala sebuah rumah sakit Saudi di Yaman beberapa jam setelah menculiknya, Senin, setelah mereka menerima jaminan mengenai tuntutan pembebasan kerabat mereka yang ditahan, kata seorang pejabat Yaman.

"Para perunding suku memberi penculik janji tertulis untuk bekerja ke arah pembebasan anggota-anggota suku yang ditahan," kata pejabat pemerintah itu kepada Reuters.

"Belum jelas apakah ada militan diantara orang-orang yang dituntut pembebasannya oleh para penculik itu," tambahnya.

Para pejabat setempat mengatakan sebelumnya, orang-orang itu ditahan di Arab Saudi dan Yaman karena keterkaitan mereka dengan Al-Qaeda.

Belum diketahui secara pasti apakah uang tebusan dibayar bagi pembebasan Dhafer al-Shahrani, seorang warga Saudi yang mengelola Rumah Sakit Al Salam yang didanai Arab Saudi di provinsi Saada, Yaman utara.

Penculikan warga asing dan orang Yaman biasa terjadi di negara miskin Semenanjung Arab itu, dimana sandera seringkali digunakan oleh orang suku untuk menekan tuntutan mereka terhadap pemerintah.

Pada September, Al-Qaeda mengklaim penculikan seorang pejabat intelijen senior di Saada dan menuntut pembebasan dua militan yang dipenjara.

Yaman dikhawatirkan menjadi pangkalan Al-Qaeda yang menyatukan diri lagi, di bawah jaringan lokal Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP).

Negara itu juga berulang kali menjadi lokasi protes dan kerusuhan separatis dimana penduduk selatan mengeluhkan diskriminasi oleh pemerintah Sanaa menyangkut alokasi sumber daya.

Yaman adalah negara leluhur pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh telah mendesak rakyat Yaman tidak mendengarkan seruan-seruan pemisahan diri, yang katanya sama dengan pengkhianatan.

Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.

Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAP menyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Hari Natal.

AQAP menyatakan pada akhir Desember 2009, mereka memberi tersangka warga Nigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepada orang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.

Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiah di wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan dan serangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia.

Sanaa menyatakan, pasukan Yaman membunuh puluhan anggota Al-Qaeda dalam dua serangan pada Desember.

Kedutaan Besar Inggris di Sanaa juga menjadi sasaran rencana serangan bunuh diri Al-Qaeda yang digagalkan aparat keamanan Yaman pada pertengahan Desember 2009.

Sebuah sel Al-Qaeda yang dihancurkan di Arhab, 35 kilometer sebelah utara ibukota Yaman tersebut, "bertujuan menyusup dan meledakkan sasaran-sasaran yang mencakup Kedutaan Besar Inggris, kepentingan asing dan bangunan pemerintah", menurut sebuah pernyataan yang dipasang di situs 26Sep.net surat kabar kementerian pertahanan.

Selain separatisme, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini.
(M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010