Jakarta (ANTARA News) - Berdasarkan cablegate.wikileaks.org, laman peniup-peluit WikiLeaks baru merilis 0,23 persen dari total 251.287 dokumen diplomatik Amerika Serikat tentang banyak negara di dunia.

Sampai 2 Desember 2010, mengutip laman tersebut, WikiLeaks baru merilis 593 dokumen.

Sementara menurut static.guim.co.uk, dari 251.287 dokumen itu, 3.059 dokumen diantaranya berasal dari Kedutaan Besar AS di Jakarta, Indonesia. Namun, dari 593 dokumen yang sudah dirilis, belum satu pun yang berasal dari Kedubes AS di Jakarta.

Salah satu dari 593 dokumen yang sudah dirilis itu adalah laporan berklasifikasi rahasia dari Kedutaan Besar AS di Bangkok, Thailand, tentang permintaan AS kepada Thailand untuk mengekstradisi makelar senjata asal Rusia, Viktor Bout.

Dokumen bertanggal Agustus 2009 ini menyebutkan pemerintah AS tidak puas dengan keputusan pengadilan Thailand yang menolak ekstradisi Viktor Bout ke AS.

Pengadilan Thailand menyebut FARC --organisasi gerilyawan di Kolombia yang menerima senjata yang dijual Victor Bout, namun dianggap organisasi teroris oleh AS-- adalah murni bertujuan politik, bukan melakukan tindakan kriminal dan terorisme.

AS tidak puas dengan keputusan pegadilan Thailand itu.

Amerika lalu melakukan pendekatan ekstensif ke Thailand, diantaranya lewat pertemuan Departemen Luar Negeri AS, Jaksa Agung Eric Holder, dan Misi AS untuk PBB di New York, dengan Duta Besar Thailand di Washington dan Wakil Tetap Thailand di PBB.

Para diplomat AS di Bangkok menyebutkan bahwa ada bukti sejumlah orang di Rusia telah menyuap para saksi untuk peradilan ekstradisi Bout.

Pada 12 Februari 2009, Dubes AS di Bangkok Eric John "memohon" Presiden Barack Obama untuk mempengaruhi PM Thailand Abhisit Vejjajiva mengenai implikasi serius vonis hakim pengadilan Thailand itu.

"Kami yakin keterlibatan Potus (president of the US atau Presiden AS) dalam (perkara) Bout akan berdampak signifikan," kata Eric John seperti dilaporkan harian Inggris The Guardian, mengutip dokumen rahasia bocoran WikiLeaks. (*)

AR09/A038

Pewarta: Jafar M Sidik
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010