Bogor (ANTARA News) - Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia tidak perlu mempertentangkan calon dari kalangan politisi atau non politisi dalam memilih presidium kepemimpinan periode 2010-2015 melalui Muktamar ke-5 di Bogor 5 hingga 7 Desember ini.

"Dari kalangan politisi pun, tidak masalah jika terpilih jadi ketua, asalkan kita buat code of conduct-nya, sehingga tidak memakai ICMI untuk kepentingan partai," kata Wakil Sekretaris Steering Committee Muktamar ICMI V, Dr Arif Budimanta, di Bogor, Sabtu.

Dari kalangan mana pun, kata Arif, pimpinan ICMI harus komitmen dengan tujuan untuk memajukan peradaban, melalui kekuatan pemikiran, ilmu, cipta, dan karya.

Dengan demikian, tidak relevan lagi untuk berpolemik mengenai figur pemimpinn ICMI dari kalangan politisi atau non politisi.

"Karena dalam pemilihan pimpinan ICMI yang ada adalah pertarungan gagasan untuk memajukan peradaban, bukan untuk perebutan kekuasaan," kata Arif Budimanta yang juga anggota Komisi XI DPR-RI.

Demikian pula soal calon dari kalangan muda atau dari yang senior, tidak perlu dipertentangkan, karena ICMI sendiri memiliki kekuatan untuk lintas generasi sebagai pemersatu.

ICMI saat ini dipimpin oleh presidium yang terdiri atas Marwah Daud Ibrahim, Muslimin Nasution, Nanat Fatah Natsir, Azyumardi Azra, dan Hatta Rajasa.

Menjelang Muktamar V ini juga muncul wacana mengenai bentuk kepemimpinan ICMI.

Ada yang mengusulkan tetap dengan sistem presidium dengan ketua bergantian tiap tahun, ada pula usulan presidium dengan ketua tetap, atau kembali seperti sebelumnya yakni ICMI dipimpin oleh seorang ketua umum.

"Kita akan dengan pendapat para peserta di Muktamar ini, sistem apa yang paling tetap untuk kepemimpinan di ICMI," kata Arif.

Muktamar ICMI rencananya akan dibuka oleh Wapres Boediono di Istana Bogor, Minggu pagi. Sekitar 1.200 peserta dari berbagai daerah di Indonesia akan mengikuti muktamar ini.

(ANT/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010