Jakarta (ANTARA) - Seorang ibu dari tiga anak yang tinggal di rumah semi permanen kawasan Kampung Muka Ancol, Pademangan, Jakarta Utara, Supriatin, mengisahkan harus berjuang menjalani hidup dari upah menyapu sebesar Rp83 ribu per hari saat pandemi terutama sejak suaminya, Supartono wafat karena COVID-19 setahun yang lalu.

Dengan pendapatan sebesar itu, Supriatin dan ketiga buah hatinya harus mengirit pengeluaran sehari-hari dari pendapatan pas-pasan dari upah menyapu jalan perumahan di kawasan Karang Bolong, Ancol.

Baca juga: Warga Kampung Muka Ancol tukar setiap kilo sampah dengan uang Rp3.000

"Karena (pendapatan) mencari sendiri akhirnya ekonominya jadi pas-pasan saja buat anak-anak. Pas ada suami masih bisa menabung lah sedikit-sedikit," ujar Supriatin saat ditemui wartawan di Jakarta Utara, Rabu.

Pendapatan Rp83 ribu, menurut Supriatin cukup untuk berempat, karena anak-anaknya jarang jajan.

Anak sulung Almarhum Supartono, Nur Halifah (17), pun harus berhenti sekolah untuk menggantikan orang tua menjaga kedua adiknya yang masih berumur enam dan 10 tahun selama ibunya bekerja.

Semestinya, Nur, saat ini duduk di Kelas X Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Tapi ia enggan meneruskan sekolah, supaya membantu ibunya mengurus keperluan adik bungsunya Reni Anggraini (6) dan adik nomor dua Enggal Pradista (10).

"Enggak sekolah, enggak apa-apa. Mau bantu mama," kata Nur.

Baca juga: Warga senang Ancol mulai buka lagi

Menurut Nur, kehidupannya mulai terasa kurang lengkap tanpa kehadiran sang ayah yang dikenal sebagai sosok humoris.

Semasa hidup, Supartono bekerja menjadi tukang kebun dan penyapu jalanan di tempat sang istri bekerja. Ia dan istri sudah tinggal di kawasan Kampung Muka Ancol selama 20 tahunan.

"Bapak orangnya seru. Waktu masih komplit, kalau pulang kerja bisa bercanda. Sekarang jarang bercanda," ungkap Nur.

Nur belum rela bila diminta pulang ke kampung halaman ibunya di Pacitan, Jawa Timur, supaya bisa terus berziarah ke makam ayahnya di Taman Pemakaman Umum (TPU) Tegal Alur, Jakarta Barat.

"Aku yang enggak mau, karena enggak mau meninggalkan kuburan bapak di sini," ujar Nur.

Baca juga: Petugas gabungan salurkan obat-obatan untuk warga yang isoman di Ancol

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Taufik Ridwan
Copyright © ANTARA 2021