Ngawi (ANTARA News) - Belasan desa di tiga kecamatan Kabupaten Ngawi, Jatim, terendam banjir, akibat luapan Bengawan (sungai) Madiun dan Solo, menyusul hujan deras yang mengguyur kawasan Ngawi dan sekitarnya sejak Senin (6/12) sore.

Tiga kecamatan yang terendam banjir tersebut adalah Kecamatan Kwadungan, Padas, dan Pangkur. Ketinggian air rata-rata mencapai setengah meter hingga satu meter di beberapa titik. Bahkan, air telah memasuki rumah warga dengan ketinggian 10 hingga 20 centimeter.

"Air dari luapan Bengawan Madiun mulai masuk ke pemukiman warga sekitar pukul 19.00 WIB Senin malam. Ketinggian air terus bertambah hingga Selasa pagi. Akibatnya, selain ratusan rumah warga terendam, banjir juga memutuskan jalur alternatif Madiun-Kwadungan, Ngawi," ujar Camat Kwadungan, Setiono, kepada wartawan, Selasa.

Menurut dia, untuk Kecamatan Kwadungan terdapat lima desa yang terkena luapan Bengawan Madiun. Yakni Desa Warok Kalong, Simo, Tirak, Sumengko, dan Purwosari.

Hingga kini belum diketahui berapa jumlah rumah warga yang terendam banjir, sebab saat ini pihaknya masih melakukan pendataan. Selain rumah, lahan persawahan di areal langganan banjir ini juga terendam.

"Ratusan hektare sawah di Kwadungan juga terendam air. Padahal, warga baru saja menanam satu bulan yang lalu. Rata-rata tanaman padi berumur 20 hingga 30 hari," tutur Setiono.

Ia menambahkan, meski air sudah memasuki rumah, namun belum ada warga yang mengungsi di posko bencana banjir. Hal ini karena warga menilai banjir sudah menjadi langganan setiap tahun di wilayahnya saat musim penghujan tiba.

"warga masih bertahan di rumah mereka masing-masing sambil membersihkan air yang telah memasuki rumah. Mereka lebih memilih menjaga dan mengamankan barang-barang terlebih dahulu sebagai antisipasi jika ketinggian air bertambah," tambah Setiono.

Pihaknya memprediksi, jika sore nanti tidak hujan, maka air akan segera surut. Namun jika hujan masih turun, dipastikan air kiriman dari Bengawan Madiun akan meluap lagi.

Untuk penanggulangan bencana kali ini, pihaknya telah siaga dengan posko bencana banjir di kantor kecamatan. Selain itu, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan satuan penanggulangan bencana Ngawi, polsek dan koramil setempat.

"Termasuk pendirian dapur umum dan persiapan perahu karet untuk mengevakuasi warga jika sewaktu-waktu ketinggian air bertambah," katanya.

Sementara, salah satu warga Desa Tirak, Jayadi, mengaku enggan mengungsi, karena air masih sebatas lutut orang dewasa. "Saya masih ingin bertahan sambil memindahkan barang-barang rumah ke tempat yang lebih tinggi. Daerah sini sudah biasa banjir setiap sungainya meluap," kata dia. (ANT-072/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010