Jakarta (ANTARA) - PT Wilmar Padi Indonesia (WPI) siap memperluas program kemitraan dengan petani di seluruh Indonesia setelah program tersebut dinilai berhasil dikembangkan di sejumlah wilayah.

Rice Business Head PT WPI Saronto di Jakarta, Jumat, menjelaskan kemitraan dengan petani bertujuan agar mereka ikut sejahtera karena mendapatkan harga beli yang layak.

Selain itu, tambahnya, pendampingan yang diberikan dimaksudkan agar mereka dapat mempraktikkan kaidah pertanian dengan baik sehingga memperoleh hasil optimal.

"Melalui pendampingan hasil panen diharapkan sesuai dengan standar perusahaan," kata Saronto melalui keterangan tertulis.

Sebelumnya, kelompok petani mitra perusahaan telah memanen di lahan tanam seluas 144 ha, dan rencananya, mereka akan kembali panen serentak di lahan seluas 500 ha di tiga kabupaten, yaitu Mojokerto, Ngawi, dan Madiun.

Saronto menyatakan kedepan perusahaan berencana memperluas program kemitraannya di beberapa daerah di Indonesia, karena program tersebut memperoleh dukungan dari masing-masing pemerintah daerah dan dinilai membantu meningkatkan produksi tanaman pangan.

Dalam program tersebut, perusahaan menyediakan berbagai keperluan musim tanam dan memberikan pendampingan, termasuk menyerap seluruh hasil panen.

Sutrisno, ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Makmur, Desa Kartoharjo, Ngawi, Jawa Timur, yang sudah dua kali musim tanam bermitra dengan PT WPI menyatakan selama bermitra memperoleh pendapatan yang lebih baik, terutama saat harga jual gabah kering panen (GKP) sedang tinggi seperti saat ini sebesar Rp5.000 per kg.

Meski harga itu masih dikurangi biaya operasional Rp350-400 per kg, tambahnya, petani masih merasakan keuntungan seperti pada musim panen sebelumnya dengan harga gabah Rp4.200 per kg.

“Itupun kami masih diperbolehkan membawa pulang 10 persen dari hasil panennya,” kata Sutrisno.

Petani juga tidak perlu kebingungan memperoleh pupuk, pestisida, dan benih karena telah disediakan perusahaan dengan sistem Yarnen (bayar setelah panen).

Dalam pendampingan tersebut, lanjutnya mereka menggunakan Pupuk Mahkota yang hasilnya terbukti meningkat minimal 11 persen dan tertinggi hingga 33 persen.

Sutrisno membandingkan kondisi sebelum bermitra mengalami kendala dalam memperoleh kebutuhan saat musim tanam, selain itu saat akan menjual hasil panen petani harus berhadapan dengan tengkulak yang merugikan mereka

Saat ini jumlah anggota Gapoktan yang diketuainya sebanyak 132 petani dengan luas lahan garapan 77 hektare (ha) dari sebelumnya 23 orang dengan luas lahan garapan 20 ha.

Hal senada disampaikan Sanaji, anggota Kelompok Tani Ngijingan, Desa Purwojati, Mojokerto, Jatim, yang menyatakan sebelum bermitra mengeluarkan biaya Rp3 juta untuk keperluan tanam di lahan seluas 1,3 ha.

Setelah bermitra dia mengeluarkan Rp7 juta untuk keperluan musim tanam, namun saat panen memperoleh hasil hingga 6,3 ton GKP dibanding sebelumnya 4,7 ton.

Baca juga: Swasta gandeng petani lakukan demplot tanam padi 148 ha
Baca juga: Teknologi pemupukan berimbang tingkatkan produksi padi 33 Persen
Baca juga: Pupuk Mahkota tingkatkan produksi padi hingga 20 persen

Pewarta: Subagyo
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021